Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM menyelenggarakan kegiatan “Penanaman Bibit Buah” pada Senin (2/3) sore di Kebun Buah Nawungan, Selopamioro, Imogiri, Bantul. Kegiatan ini merupakan bagian dari Model Development of Sustainable Agri-Environmental System for Accelerating Community di Desa Selopamioro dan Desa Sriharjo yang telah dimulai sejak 2018 lalu oleh FTP UGM dengan Yanmar Environmental Sustainability Support Association (YESSA).
Acara ini dimulai dengan penanaman bibit durian secara simbolis oleh Lurah Selopamioro, Himawan Sadjati, Wadek Bidang Penelitian, Kerja Sama, dan Pengabdian kepada Masyarakat FTP UGM, Dr. Sri Rahayoe, S.T.P., M.P., Ketua Kegiatan, Prof. Dr. Lilik Sutiarso, serta Dosen Pembimbing Lapangan Service Learning Program SUIJI, Prof. Matsuda Katsuya. Selain mereka, penanaman juga dilakukan oleh perwakilan dari kelompok tani buah Selopamioro, Tugimin, serta dua mahasiswa peserta Service Learning Program SUIJI, satu dari Indonesia dan satu dari Jepang.
Lilik menerangkan kegiatan ini menjandi penanda dimulainya program untuk tahun ini. Ia memaparkan rencananya program kali ini ingin mengembangkan Agroforestry. Pengembangan ini didukung dengan pengadaan Agro-Edu Techno Park.
“Konsepnya nanti adalah kami akan menghilirkan teknologi-teknologi hasil penelitian kami di kampus ke sini. Nantinya teknologi tersebut akan dimanfaatkan masyarakat untuk membangun kesejahteraan mereka. Untuk program ini, kami juga akan bekerja sama dengan beberapa fakultas dari klaster agro lainnya di UGM, seperti Fakultas Peternakan dan Fakultas Pertanian,” paparnya.
Lilik kemudian menerangkan program ini akan dilakukan dengan beberapa tahap. Salah satu tahapnya ini nanti akan dilaksanakan selama tahun. “Program ini kami desain untuk 3 tahun ke depan. Pada tahun pertama, fokus kami akan fokus pada sistem kelembagaan, pengelolaan, serta pengembangan SDM dari kedua desa. Tahun kedua, kami akan mulai memantapkan infrastrukturnya, yang berarti hilirasasi teknologi berskala cukup besar akan dimulai di sini. Tahun ketiga, kami berfokus pada pemasaran dan networking sehingga produk hasil nanti dapat memberi keuntungan masyarakat,” terangnya.
Setelah tiga tahun berjalan tersebut, Lilik menyebut bahwa nantinya akan dilakukan evaluasi apakah masyarakat sudah benar-benar bisa mandiri untuk memanfaatkan teknologi serta menjalankan keseluruhan program ini. “Jika diniliai sudah dapat, nantinya intervensi dari kampus akan dikurangi. Namun, bukan berarti akan kami lepas sama sekali, tapi masih akan dilakukan pendampingan,” ungkapnya.
Terakhir, Lilik menyatakan selain untuk mewujudkan tridarma pengabdian kepada masyarakat, program ini juga bertujuan untuk mewujudkan salah satu misi UGM yakni hilirisasi produk teknologi. “Hilirisasi produk tidak hanya diarahkan ke industri semata. Namun, dengan teknologi kami bisa bermanfaat untuk masyarakat, misi tersebut sudah terbilang berhasil. Kami berharap program ini bisa benar-benar menyejahterakan masyarakat di sini,” pungkasnya.
Penulis: Hakam