Rektor UGM Prof Dr Sofian Effendi, Jum’at, (1/9), bertempat di halaman Balairung membuka secara resmi rangkaian peringatan Dies Natalis UGM ke-57. Pembukaan rangkaian dies ditandai dengan pengguntingan pita balon oleh Rektor dan dilanjutkan senam bersama dan jalan sehat warga UGM.
Dalam laporannya, ketua Dies UGM ke-57 Dr Ir Iwan Yusuf Bambang Lelana MSc, menyatakan bila kepanitiaan dies kali ini dipercayakan kepada klaster agro, yang terdiri Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Kehutanan dan Fakultas Peternakan. Adapun agenda dies akan diisi beberapa kegiatan, diantaranya kegiatan olah raga, bersama Majelis Guru Besar mengadakan serangkaian seminar, pameran ilmiah dengan LPPM, dan sebagaimana tahun yang lalu yaitu lomba menyejukkan kampus.
“Lomba penyejukkan kampus ini diikuti seluruh unsur yang ada di UGM. Baik dari fakultas maupun rumah yang ada di UGM dan kepada segenap perumahan di kampus, kemudian warung, hotel, atau apapun yang ada disekitar kampus ini, agar bisa menjadikan kampus ini kampus yang asri dan sejukâ€, ujar Iwan Yusuf.
Selain itu, kata dia, akan digelar wayangan. Hal ini untuk menggugah kembali kebudayaan, dan pemberian penghargaan kepada insan yang telah mengharumkan nama Universitas Gadjah Mada. “Dan puncak acara akan dilakukan pada tanggal 19 Desember 2006â€, tandas Iwan Yusuf.
Sementara itu, kata Pak Sofian, Universitas Gadjah Mada diamanatkan oleh para pendiri RI ini untuk mempelopori perjuangan melawan penjajahan, imperialisme dan kolonialisme melalui pemikiran-pemikiran. Hanya saja selama 57 tahun menjadi universitas, amanat tersebut belum mampu dilaksanakan.
“Bahkan yang sering saya khawatirkan bersama teman-teman, tanpa kita sadari bahwa kita bukannya mampu melawan penjajahan melalui pemikiran-pemikiran, tapi justru ada tanda-tanda kita terjajah kembali melalui pemikiran-pemikiran. Kita belum bisa menghasilkan teori-teori khas Indonesia, yang berlandaskan pada nilai-nilai yang tertuang dalam falsafah Pancasila. Sebaliknya, kita lebih menghargai teori-teori, ilmu pengetahuan, yang dirumuskan oleh nilai-nilai dan ideologi lainâ€, ujar Rektor.
Pak Rektor menunjukkan, salah satu bidang yang saat ini sudah mulai terjajah adalah bidang pertanian. Oleh karena itu, dalam memperingati Dies Natalis ke-57 ini, UGM menetapkan tema “Revitalisasi Sektor Pertanianâ€.
“Amat menyedihkan kita membaca koran dua tiga hari ini, bahwa bangsa Indonesia kembali mengimpor berasâ€, ujar Pak Sofian.
Keprihatinan ini, kata Pak Sofian, karena dirinya pernah membaca pidato Bung Karno saat meresmikan gedung induk Institut Pertanian Bogor sekitar tahun 1957. “Akibat penjajahan selama 350 tahun, kita telah menjadi bangsa yang miskin, papa, kekurangan pangan dan kekurangan gizi. Kita harus mengimpor 3 sampai 3,5 juta ton beras untuk menyediakan makan bagi bangsa iniâ€, ujar Rektor menirukan pidato Bung Karno.
Setelah 52 tahun dari Pidato Bung Karno tersebut, kini kondisinya masih tetap sama. Indonesia masih mengimpor 3 juta ton beras/tahun dan masih banyak warga yang terjebak dalam kemiskinan. “Jadi pertanyaan yang muncul dalam hati nurani kita, apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia selama 52 tahun itu? Kok tidak berubah. Inilah yang akhirnya mendorong kita untuk menetapkan tema dies UGM tahun ini adalah Revitalisasi Bidang Pertanianâ€, tandas Pak Sofian, yang berharap dari agenda seminar yang dilakukan, muncul pemikiran-pemikiran bulaksumur bagaimana tentang revitalisasi pertanian yang seharusnya dilakukan pemerintah. (Humas UGM).