Menanggapi perkembangan penyebaran wabah Covid-19 yang terjadi di berbagai negara, status pandemik yang dinyatakan oleh WHO, dan kondisi penyebaran di wilayah DIY dan sekitarnya, Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN Eng., mengeluarkan Surat Edaran Rektor No. 1606/UN1.P/HKL/TR/2020 tentang Tanggap Darurat Covid-19 di Lingkungan UGM, Senin (16/3)
Dengan surat edaran tersebut, seluruh sivitas akademika UGM diminta untuk tetap tenang, tidak panik dan meminimalkan aktivitas di luar rumah, serta menghindari kerumunan. Salah satu kebijakan yang kemudian diberlakukan adalah pemberlakuan pembelajaran mahasiswa secara online mulai hari Senin (16/3), dan menunda berbagai kegiatan yang melibatkan lebih dari 50 orang, serta pembatasan mobilitas ke dalam dan luar negeri bagi sivitas akademika UGM.
Teresa Lalita Wiryarini, mahasiswi FKKMK UGM angkatan 2017, mengaku cukup maklum dengan kebijakan tersebut. Melihat situasi yang terjadi sudah selayaknya jika UGM mengelurakan kebijakan belajar melalui online guna mengurangi menyebarnya virus corona.
Menurutnya, dengan belajar secara online merupakan solusi paling tepat yang bisa dilakukan UGM saat ini. Meskipun dalam penilaiannya sesungguhnya pembelajaran semacam ini kurang efektif dibanding dengan tatap muka langsung dengan dosen.
“Karena tidak bisa bertemu dosen secara langsung maka tidak mendapat penjelasan tentang materi secara lengkap, sementara beberapa dosen hanya memberikan penugasan tanpa memberikan materi kuliah,” ujar Lalita, Kamis (19/3).
Meski begitu, Lalita merasa bersyukur masih mendapat materi belajar dibanding libur sama sekali. Ia mengaku kuliah online melalui sistem gamel, dan itupun masih sebatas upload video kuliah, sedangkan dosen lain hanya memberikan penugasan tanpa menyertakan materi kuliah.
“Padahal, sebenarnya di awal diberitahukan bahwa akan menggunakan aplikasi webex atau zoom untuk kuliah online. Tetapi untuk saat ini belum ada informasi lebih lanjut mengenai penggunaan webex dan zoom-nya,” tuturnya.
Lalita berharap situasi ini segera berakhir dan kehidupan serta perkuliahan berjalan normal kembali. Ia sangat mengharapkan outbreak covid dapat segera teratasi karena ia sangat merindukan kuliah dan bertemu banyak teman di fakultas.
“Gimana lagi, kalau di rumah ya hanya mengerjakan penugasan yang diberikan oleh dosen atau berusaha mengisi liburan dengan les musik atau les bahasa di rumah,” urainya.
Meski belum merasakan kuliah online, Muthia Fahiratunnisa Amany, mahasiswa FKKMK UGM angkatan 2018, mengatakan kuliah online yang dilakukan melalui berbagai aplikasi dan beragam server sesuai yang digunakan masing-masing dosen menjadikan tidak sedikit dari mahasiswa kemudian mengeluhkan besarnya kuota internet yang dihabiskan untuk satu kali kuliah online.
“Ini masukan dari teman-teman, jadi katakanlah untuk 3 – 4 kali bisa menghabiskan hampir 2GB. Belum lagi jaringan kadang tidak stabil sehingga penjelasan dari dosen terganggu dan kurang jelas,” ungkapnya.
Sebagai anggota BEM FKKMK UGM, Kementerian Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa, sudah selayaknya ia menampung suara keluhan teman-temannya. Menurut saran teman-teman, katanya, untuk videonya bisa dishare kepada mahasiswa setelah video live selesai sehingga apabila ada yang kurang paham dapat melihat video tersebut kembali.
“Bagimanapun kami mengapresiasi karena pihak universitas sudah bekerja sama dengan berbagai provider. Harpannya akan semakin banyak provider yang bekerja sama dan mencangkup semua kebutuhan mahasiswa,” harapnya.
Penulis : Agung Nugroho