Privatisasi BUMN adalah sebuah keniscayaan guna mendorong kenaikan efisiensi, sebagaimana ketika ia dipahami dari aspek normatif-teoritis. Sedangkan dari aspek positif-empiris, diketahui bahwa privatisasi BUMN menjadi isu kritis yang rawan resistensi, xenophobia dan regionalisme.
Demikian disampaikan Dr Toni Prasentiantono, di MEP UGM, Jum’at, (8/9) menjelang penyelenggaraan Seminar Nasional “Reposisi BUMN dan BUMD dalam Pembangunan Ekonomi Indonesiaâ€, hari Sabtu 16 September 2006 di Hotel Inna Garuda Yogyakarta.
Berdasarkan pemahaman ini, kata Toni Prasentiantono, privatisasi tetap bisa diteruskan untuk mendorong perbaikan kualitas corporate governance, dengan prasyarat: (1) dilakukan pada sektor yang kompetitif, tidak pada natural monopoly, (2) dilakukan disaat yang tepat, serta (3) sedapat mungkin terjadi di pasar modal.
Sejumlah pembicara akan hadir dalam seminar yang diusung Magister Ekonomika Pembangunan UGM, diantaranya Menneg BUMN Sugiarto, Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo, Dirut BNI Sigit Pramono, Dirut Telkom Arwin Rasyid, Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan Gubernur Riau.
Menurut Ketua Program MEP UGM, Dr Lincolin Arsyad, seminar Reposisi BUMN dan BUMD, merupakan kegiatan dalam rangka peringatan Dies Natalis ke-51 Fakultas Ekonomi UGM, sekaligus Dies ke-11 Program MEP UGM. Sebelumnya, Jum’at 15 September 2006, jam 19.00 di MEP UGM akan digelar Malam Temu Alumni, dengan menampilkan Jazz Concert bersama Idang Rasyidi dan Mergy Siggers. (Humas UGM)