Yogya, KU
Seratus Guru Besar dari berbagai perguruan tinggi di DIY sepakat menjadikan momentum 100 tahun kebangkitan nasional sebagai tonggak untuk bangkit kembali menegakkan kedaulatan politik, mengukuhkan kemandirian ekonomi dan menegaskan kepribadian dalam berkebudayaan sebagai dasar memasuki pergaulan antara bangsa yang sejajar.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof Drs Suryo Guritno MStats PhD dalam membacakan ‘Seruan Moral Bagi Bangsa’ didampingi 99 Guru Besar dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta lainnya, Selasa malam (4/3) di Hall Taman Budaya Yogyakarta.
“Sebagai pewaris sejarah bangsa, kita perlu menggunakan momentum 100 tahun kebangkitan nasional sebagai mata rantai yang tidak terpisah dari tongggak-tonggak sejarah bangsa untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan; tidak hanya bagi generasi senja, tapi juga generasi muda pemilik sah masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia,†kata Ketua Majelis Guru Besar UGM ini.
Suryo menambahkan, untuk menjadi bangsa yang adil dan makmur serta dapat menegakkan kepala di tengah pergaulan bangsa-bangsa sebagai kepastian masa depan, harus membangun kembali jiwa bangsa: menegakkan kembali martabat sebagai bangsa, menggelorakan kembali harapan di tengah meluasnya romantisme untuk kembali ke masa lalu dan serbuan pragmatisme jangka pendek dan meneguhkan kembali kegotong-royongan dan memudarnya nilai-nilai voluntarisme.
“Untuk, itu keteladanan kepemimpinan intelektual sebagaimana dibuktikan oleh sejarah kelahiran Budi Utomo perlu dibangkitkan dan digelorakan kembali,†jelasnya.
Menurut Suryo, Kelahiran Budi Utomo menandai fase baru perjuangan bangsa yang mentransformasi strategi melawan kolonialisme dan perjuangan tradisional ke bentuk perjuangan politik melalui organisasi modern.
“Semangat Budi Utomo tersebut melewati semangat perlawanan atas masa lalu dan keyakinan. Ia adalah semangat meraih masa depan dengan optimisme yang melampaui jamannya, “ katanya.
Sementara itu, Prof Dr Sutaryo, SpA(K) selaku ketua panitia satu abad kebangkitan nasional UGM kepada wartawan menegaskan bahwa seruan moral ini sengaja dibacakan oleh para guru besar sebagai simbol dan benteng terakhir dari kekuatan moral bangsa.
Deklarasi seruan moral ini juga diselingi dengan parade seni nusantara yang menampilkan beragam tarian khas daerah yang dimainkan oleh Ikatan Mahasiswa Pemuda Mahasiswa Daerah (IKPM) Indonesia di Yogyakarta, diiringi beberapa lagu dari paduan suara Bahana Patriya, dan pagelaran Indonesia menari yang ditampilkan oleh Himpunan Jurusan Tari dari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta.
Tampak hadir, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Rektor PTN dan PTS, Kepala sekolah dan segenap tamu undangan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)