Hasil penelitian Drs Abdullah MEd menunjukkan orang Cina di Bangka sebagai penduduk pribumi menunjukkan kecenderungan ia telah berasimilasi dengan orang Melayu. Dipandang secara sosiologis di level mikro, orang Cina di Bangka mampu menyesuaikan diri dan cukup asimilatif.
Demikian disampaikan dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang saat menempuh ujian doktor, di Sekolah Pascasarjana UGM, Kamis, (14/9). Promovendus kelahiran Bangka 27 september 1965 ini, mempertahankan desertasi berjudul “Asimilasi Cina Dan Melayu di Bangkaâ€. Bertindak selaku promoter Prof Dr Sunjoto Usman dan ko-promotor Prof Dr Sjafri sairin MA.
Kata Abdullah, asimilasi orang Cina dan Melayu di Bangka terjadi karena respons simbolik terhadap keadaan struktur sosial dan ekonomi masyarakat Bangka yang relatif berimbang (equilibrium), dengan parameter-parameter sosial yang terinterseksi (intersecting social parameters). Oleh karena itu, kata dia, dilihat dari pendekatan interaksionisme simbolik Blumerian, tampak bahwa asimilasi orang Cina dan Melayu muncul sebagai makna simbolik (makna laten) dari interaksi individu atau kelompok etnis minoritas Cina dengan individu atau kelompok etnis mayoritas Melayu.
“Itu fenomena sosial yang tampak. Pemahaman makna dari simbol-simbol itu digunakan untuk memahami makna laten dibalik interaksi sosial orang Cina dan Melayu yang berasimilasiâ€, tandas Abdullah.
Dari penelitiannya, Abdullah berharap, elemen masyarakat dan pemerintah sebagai penentu dan pengambil kebijakan, hendaknya senantiasa membela (affirmative) masyarakat secara keseluruhan, sehingga tidak ada suatu etnis yang merasa dirugikan, karena yang dikedepankan berupa pluralisme budaya (cultural pluralism). (Humas UGM).