Disaster Response Unit (DERU) UGM memulai produksi mandiri face shield sejak Kamis (2/4) lalu. Hal ini dilakukan karena kebutuhan mendesak akan face shield sebagai bagian dari Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis dalam rangka pandemi Covid-19. Ruang sidang utama Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM telah diubah sebagai lokasi produksinya.
Produksi face shield dilakukan menggunakan alat 3D Printer dengan bahan dasar mika. DERU membeli 12 unit 3D Printer untuk produksi ini. Produksi ini dijalankan oleh 36 mahasiswa KKN-PPM UGM Periode 1 yang telah ditarik dari lokasi 3 Maret lalu. Sementara dari DERU sebanyak 4 orang. Sebagai supervisor produksi ini dipegang oleh Dr. Eng. Herianto, Dosen Teknik Mesin UGM. Selain DERU dan tim KKN, beberapa pihak seperti gelanggang bergerak, FKKMK, serta Fakultas Teknik UGM juga ikut terlibat dalam proses produksi dan distribusi
Proses produksi dilakukan selama 6 jam per hari dengan pembagian dua shift, yakni dari pukul 09.00 – 12.00 WIB dan pukul 12.00 – 15.00 WIB. Herianto menyatakan tiap unit 3D Printer dapat memproduksi 1 face shield tiap satu jamnya, jadi total produksi satu jamnya sebanyak 12 buah face shield.
Amin Susiatmojo, S.Pt., M.Sc., Kepala Seksi Logistik dan Operasional KKN DPkM UGM, menyebut produksi face shield ini diinisiasi untuk membantu memenuhi kebutuhan dari tenaga medis di sekitar UGM. “Sejauh ini hasil produksi kami sudah didistribusikan ke beberapa lokasi. Hal itu seperti relawan karyawan dan mahasiswa UGM, warga desa sekitar UGM, beberapa pasar sekitar UGM, RS Bhayangkara Kalasan, TRC BPBD Kota Yogyakarta, Puskesmas Pakem, Puskesmas Ponjong II, RS Nokmah, serta Puskesmas Piyungan,” ungkapnya, Rabu (8/4).
Sementara itu, Herianto menyatakan sebenarnya UGM memiliki unit tersendiri untuk memproduksi 3D Printer. Namun, karena mendesak, ia akhirnya mencarikan mesin yang tinggal rakit dari Jakarta. Meskipun demikian, ia menyebut bahwa mesin ini tetap memakai desain dari unitnya sehingga tetap memiliki identitas UGM. “Jadi, peran saya dalam produksi ini dari penyediaan mesin dan barang baku, perakitan, serta supervisi,” terangnya.
Lebih lanjut, Herianto yang juga merupakan Koordinator Asosiasi 3D Printing Cabang DIY, menyatakan para pegiat 3D Printing di Indonesia saat ini tengah bergerak bersama di seluruh Indonesia untuk membantu memenuhi kebutuhan tenaga medis untuk melawan pandemi Covid-19 ini.
“Saya bersama beberapa rekan-rekan relawan, baik dari UGM maupun asosiasi, juga telah bergerak sendiri selama 2-3 minggu ini. Saat ini fokus produksinya memang hanya face shield, tetapi jika kebutuhannya sudah terpenuhi , kami akan mulai produksi barang lainnya. Intinya hingga pandemi ini teratasi, kami akan memproduksi apapun untuk membantu mengatasinya,” pungkasnya.
Penulis: Hakam