Satgas Covid-19 UGM melakukan audiensi dengan Komisi A DPRD DIY pada Selasa (7/4). Mereka membahas strategi penanggulangan penyebaran covid-19 di daerah DIY.
Dr. dr. Rustamadji, M.Kes., Komandan Satgas Covid-19 UGM, mengatakan beberapa hal telah dirumuskan oleh kedua belah dalam menghadapi pandemi ini. Beberapa hal tersebut meliputi strategi mengurangi penyebaran serta meminimalkan dampak sosial dan ekonomi covid-19.
Ada tiga strategi dirumuskan untuk mengurangi penyebaran. Pertama, containment, yakni membatasi atau mengontrol laju dari penyebaran covid-19. Kedua, skrining massal. Lalu terakhir adalah mengimplementasikan flatten the curve dengan pembatasan sosial.
“Pada akhir pandemi diperkirakan 70 persen populasi terinfeksi. Mereka akan menjadi pelindung dari 30 persen populasi sisanya. Dalam kondisi tersebut, virus akan kesulitan mencari inang karena imunitas kelompok,” ungkapnya.
Untuk mengantisipasi kedatangan momen yang disebutnya sebagai gelombang kedua tersebut, Aji menyebut beberapa hal perlu dipersiapkan. Hal itu seperti perlunya peningkatan kapasitas diagnosis, utamanya metode skrining mandiri agar dapat segera mengetahui status ODP dan PDP masyarakat. Petugas tenaga kesehatan bisa menjemput pasien jika dibutuhkan. Untuk hal itu pula, kesiapsiagaan sistem pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan pula, dari fungsi pengawasan hingga ketersediaan fasilitas kesehatan.
Kemudian, Aji menyampaikan sejauh ini pandemi covid-19 ini telah menyebabkan beberapa isu sosial, seperti ketahanan pangan, disinformasi, serta ketakutan publik. Untuk meminimalkan dampak sosial serta ekonomi dari isu-isu tersebut sejumlah strategi dapat dijalankan. Hal itu meliputi meningkatkan upaya pencegahan penyebaran; meningkatkan ketersediaan sumber daya; meningkatakan kesiapsiagaan penanganan korban; menciptakan suasana yang lebih kondusif; mengantisipasi berbagai dampak; dan meningkatkan keterpaduan informasi, komunikasi, koordinasi, dan evaluasi.
Dalam transmisi virus gelombang kedua tersebut, Aji menegaskan bahwa garda terdepan perlawanannya bukan lagi tenaga kesehatan, melainkan komunitas di daerah-daerah. Untuk itu agar strategi-strategi tadi dapat berjalan perlu edukasi menyeluruh terhadap masyarakat sebelum mengambil langkah intervensi.
“Masyarakatlah yang berperan penting dalam strategi tersebut. Ketika terjadi lonjakan, tenaga kesehatan tidak lagi dapat menangani seluruh kasus. Masyarakatlah yang dikerahkan dalam kondisi ini. Untuk itu, mereka perlu diedukasi agar dapat berperan aktif seperti skrining mandiri, monitoring, serta karantina daerahnya. Utamanya untuk saat ini, masyarakat perlu didorong untuk menciptakan lingkungan kondusif, tidak lagi menolak tenaga kesehatan, jenazah, serta mantan pasien positif covid-19. Sementara dari pemerintah dapat menjalankan fungsi pengawasan serta distribusinya ke daerah-daerah tersebut,” terangnya.
Oleh karena itu, sebagai langkah awal dari strategi itu, Aji menjabarkan beberapa rekomendasi yang dapat dijalankan segera. Pertama, terkait edukasi, termasuk pembuatan konten, dapat dijalankan oleh perguruan tinggi,. Kedua, pemerintah, baik pusat dan daerah, dapat memberi insentif serta akomodasi kepada tenaga kesehatan yang menangani covid-19. Ketiga, perlu menggali ketokohan masyarakat di daerah. Keempat, pembuatan peta jaringan informasi kepada masyarakat.
Penulis: Hakam