Beberapa orang nampak berada di lobi Gelanggang UGM pada Jumat (10/4) siang. Mereka berpakaian santai dengan masker yang menutupi mulut dan hidungnya. Mereka menjalankan tugasnya masing-masing sesuai arahan yang telah diberikan. Ada yang bertugas untuk menjaga bungkus plastik kresek, ada yang bertugas menyemprotkan hand sanitizer, serta ada yang bertugas mendata serta memberikan bungkusan tadi.
Belum lama berselang, seorang pria berambut panjang yang diikat kuncir kuda nampak menghampiri mereka. Pria tersebut mendatangi seseorang yang bertugas mendata tadi. Setelah menyebutkan namanya, ia diberi satu bungkus plastik kresek tersebut. Seusai menerima bungkusan tersebut, pria tersebut langsung bergegas balik menuju motornya.
Pria tersebut bernama Galih Wahyu Setya Anggara. Ia merupakan mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM angkatan 2016. Ia bercerita bahwa kedatangannya ke gelanggang ini untuk menerima bantuan logistik dari UGM, dan bungkusan tadi merupakan paket tersebut. Ia menyebutkan satu bungkus paket tersebut berisi beras, gula, sarden, kecap, sambal, mie instan, roti kering, vitamin, perlengkapan mandi, dan deterjen.
Pria yang akrab disapa Galih ini mengungkapkan rasa syukurnya atas bantuan ini. Selama hampir satu bulan sejak imbauan social distancing dan belajar di rumah, ia mengaku tidak banyak aktifitas yang dapat dirinya lakukan. Ia menempati rumah yang bertempat di Lempuyangan berdua dengan adiknya. Sedangkan kedua orang tua mereka berada di Kaliurang, cukup jauh dari lokasi mereka. “Kami memutuskan untuk tidak pulang karena di sini akses untuk pendidikan kami lebih mudah, utamanya internet untuk pembelajaran daring,” terangnya.
Galih mengungkapkan berbagai pembatasan aktivitas luar rumah karena pandemi Covid-19 ini cukup berpengaruh dengan finansial serta kuliahnya. Ia bercerita bahwa semester ini dirinya sudah harus mempersiapkan skripsi. Menurutnya, skripsi di fakultas kehutanan perlu banyak persiapan, termasuk finansial. Orang tuanya mengaku tidak bisa membantu seluruh biaya untuk skripsi tersebut. Oleh karenanya, ia harus mulai mengumpulkan uang dan kini membuka usaha mandiri, yakni berjualan kurma.
“Saya kini mulai berjualan kurma untuk biaya skripsi. Saya ambil kurma dari teman, kemudian saya yang jual ke guru, dosen, maupun teman-teman yang ingin beli. Namun, karena pandemi ini agak tersendat,” ujarnya.
Selain itu, mengenai makan, Galih selama ini terbiasa memasak di rumahnya. Ia membeli bahan dari toko dekat rumahnya. Pada masa pandemi ini, ia mengaku beruntung toko tersebut masih buka, walaupun tidak selengkap biasanya. Akhirnya, kadang jika bahan makanan yang dirinya butuhkan habis maka ia terpaksa harus menggunakan jasa layanan antar makanan daring.
“Sebisa mungkin saya tidak menggunakan jasa layanan antar makanan tersebut karena biayanya lumayan mahal dibanding masak sendiri. Makanya saya merasa beruntung bisa mendapat bantuan ini untuk menghemat biaya membeli bahan di rumah,” pintanya.
Galih mengaku sudah dua kali ini mendapat bantuan logistik dari UGM sejak dibuka pada awal April lalu. Ia menyebut bahwa prosedurnya tidak susah karena hanya perlu mengisi formulir daring yang disediakan panitia, yang dalam hali ini Posko Gelanggang Bergerak. “Dua kali mengisi, saya beruntung termasuk salah seorang yang mendapatkan bantuan,” terangnya.
Sementara itu, Iqbal Tuwasikal, Ketua Posko Gelanggang Bergerak periode 2, menyatakan bahwa bantuan logistik ini diberikan oleh UGM, yang diinisiasi oleh Direktorat Kemahasiswaan UGM. Bantuan ini ditujukan kepada mahasiswa UGM yang masih berada di Jogja ketika masa pandemi ini.
“Ditmawa menyediakan sekitar 850 paket yang diberikan kepada mahasiswa UGM di Jogja yang mulai kesulitan akses logistik pada masa pandemi ini. Jumlah tersebut berdasarkan pendataan Ditmawa sebelumnya. Sementara kami dari Gelanggang Bergerak yang bertugas untuk mendistribusikannya, termasuk mendata dan memilah siapa saja yang berhak menerima,” terang alumus Fakultas Kehutanan UGM ini.
Iqbal menjelaskan 850 paket itu diberikan untuk satu minggu. Progam tersebut kini memasuki minggu kedua. “Pada minggu pertama kemarin karena tidak berjalan satu minggu penuh, jumlah yang dibagikan hanya berkisar 400-an saja. Untuk minggu ini total yang menerima rencana sebanyak 850 paket,” paparnya.
Menurut Iqbal target bantuan logistik yang diberikan ini adalah untuk 4 minggu atau satu bulan terhitung dari awal April kemarin. Kurun waktu tersebut diputuskan oleh pihak Ditmawa. Sementara untuk Posko Gelanggang Bergerak untuk periode ini akan ada sampai 14 April mendatang. “Posko ini ada karena keberadaan relawannya, baik alumni maupun mahasiswa. Jadi tiap akhir periode, akan kami evaluasi apakah masih sanggup untuk melanjutkannya atau tidak. Jadi keterlibatan kami dalam membantu mendistribusikan juga akan dilihat dari itu juga,” jabarnya.
Iqbal menyebut pendistibusian berjalan lancar. Mereka juga berusaha agar pendistribusian tidak bentrok dengan beberapa fakultas yang secara mandiri juga memberikan bantuan kepada mahasiswa.
Penulis: Hakam
Foto: Firsto