Sekarang ini, pertanian Indonesia menghadapi problem yang serius, yang diakibatkan oleh bebrapa hal. Pertama, reformasi yang sedang berjalan dirasakan tidak memihak pada rakyat, yang sebagian besar adalah petani yang tinggal dipedesaan. Kedua, revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan (RPPK) yang sudah berjalan satu tahun ini dalam implementasinya berjalan sangat lambat. Ketiga ketergantungan pertanian Indonesia makin besar pada pihak luar dan keempat kesejahteraan petani yang tidak kunjung membaik.
Demikian beberapa poin penting yang disampaikan Dekan Pertanian Prof Dr Ir Susamto Sumowiyarjo berkaitan Seminar Nasional Kebijakan dan Pendidikan Pertanian, Sabtu, (16/9), diruang sidang Dekan Fakultas Pertanian UGM.
Dekan Fakultas Pertanian merasa prihatin terhadap pemberlakuan kebijakan impor produk-produk pertanian. Bahkan, dirinya, menyayangkan kebiasaan penduduk Indonesia yang selalu mengkonsumsi nasi sebagai bahan makanan pokok. Sementara, disisi lain terdapat beberapa bahan pengganti makanan pokok, diantaranya gembili, jagung, buah-buahan dan sayur-sayuran.
Menurut Pak Susamto, revolusi pertanian merupakan sebuah keharusan sejarah demi kedaulatan negara/bangsa. Langkah besar yang harus dilakukan dengan cepat ini diperlukan agar bangsa/negara tidak semakin terpuruk dan segera dapat mencapai kemndirian.
Sedangkan Ketua Kagama Bidang Pertanian, Ir Wayan Alit Antara menjelaskan jika selama 60 tahun Indonesia merdeka, petani tetap dalam kondisi miskin. Hal ini sebagai akibat penjajahan, karena warisan yang ditinggal penjah hanya berupa kemiskinan.
Seminar yang menghadirkan Keynote Speech Menteri Pertanian yang dibacakan Ass Ahli Mentan Ir Andi Adinuhung ini, dihadiri pula Pangkas Panjaitan MSc, Dr Irfan Priyambodo, dan Dr Peni Wastutiningsih. (Humas UGM).