Keberadaan masker semakin langka di tengah wabah Covid-19. Untuk membantu memenuhi kebutuhan masker yang kian meningkat, alumnus dan dosen UGM membuat masker yang bisa dicuci dan dipakai berulangkali.
Produk masker yang dinamai iimask ini dibuat menggunakan kain dua lapis yang dilengkapi membran ultrafiltrasi di dalamnya. Membran tersebut memiliki kerapatan pori kurang dari 100 nanometer. Dengan pori-pori membran yang cukup rapat tersebut diharapkan dapat mencegah berbagai mikroorganisme, seperti bakteri dan virus masuk ke hidung dan mulut.
“Kita buat masker ini sebagai alternatif bagi masyarakat menghadapi kelangkaan masker di pasaran,”jelas Tutik Sriani, Ph.D., tim pengembang iimask Sabtu (18/4).
Meskipun berpori-pori rapat, masker tetap memberikan kenyaman bagi penggunanya. Bahan tidak menimbulkan rasa panas maupun kesulitan bernafas.
Alumnus Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM ini mengembangkan iimask bersama dengan sang suami Gunawan Setia Prihandana, Ph.D., yang juga berasal dari almamater yang sama. Dibantu oleh dosen Teknik Mesin UGM, Muslim Mahardika, Ph.D.
Tutik menjelaskan lapisan membran masker yang dikembangkanya bersifat hidrofobik atau tahan air. Dengan begitu dapat menahan percikan droplet dari luar tidak masuk ke hidung atau mulut pengguna. Membran ini juga dapat dipakai berulang kali dengan mencuci ulang setelah pemakaian.
“Insert membran ini bisa dipakai memberikan proteksi hingga 2 minggu,”ungkap wanita yang fokus melakukan kajian di bidang membran ini.
Lapisan membran yang dibuat juga bisa diaplikasikan ke berbagai masker kain yang dilengkapi dengan tempat memasukkan lapisan di dalamnya.
Membran iimask diproduksi secara mandiri di rumah Tutik yang berada di Plumbon, Sardonoharjo, Sleman. Diapun menggandeng penjahit lokal guna memenuhi kebutuhan masker kain.
“Dalam sebulan kita bisa produksi sekitar 3.000 lembar insert,”ujarnya.
Hadirnya iimask tidak hanya menjadi pilihan bagi masyarakat dalam memproteksi diri dari penularan virus corona. Namun. juga berkontribusi terhadap pengurangan limbah medis di masa pandemi ini.
Sementara Muslim Mahardika menyampaikan saat ini Fakultas Teknik UGM telah memesan sekitar 400 produk iimask untuk dibagikan secara cuma-cuma kepada relawan, masyarakat, serta sejumlah rumah sakit di Yogyakarta.
“Melalui program pengabdian masyarakat Fakultas Teknik UGM akan mengirimkan iimask ini ke relawan dan beberapa rumah sakit,” terangnya.
Penulis: Ika