Tim mahasiswa UGM berhasil memperoleh gelar juara pertama “Diamond Award” kategori B2 Higher Institution Student pada kompetisi International Invention & Innovative Competition (InIIC) yang diadakan oleh MNNF Network Malaysia.
Kelima mahasiswa Teknik Geodesi yang tergabung dalam tim ini, Akram Sripandam, Yofita Indah Saputri, Vincent Tandy, Agan Aul Rizki, dan Salsabila Ramadhani Prasetya, mengusung karya bernama CulturIS-3D atau 3D Cultural Heritage Information System.
“CulturIS-3D merupakan platform berbentuk Website dan Android Apps untuk memberikan sudut pandang baru bagi pengguna yaitu menampilkan situs warisan budaya secara 3 dimensi,” terang Yofita selaku ketua tim delegasi CulturIS-3D pada kompetisi InIIC, Senin (20/4).
Para mahasiswa mengembangkan inovasi ini karena menilai pengetahuan generasi milenial terhadap situs warisan budaya mulai pudar. Untuk itu, mereka berupaya membuat suatu gebrakan demi mengembalikan nilai-nilai kebudayaan tersebut di era disruptif ini.
Paltform ini, terangnya, dilengkapi dengan dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sehingga dapat digunakan oleh orang asing.
Kompetisi InIIC sendiri sedianya diadakan di Penang, Malaysia pada tanggal 17-20 April 2020, namun kemudian diadakan secara daring di tengah wabah pandemi COVID-19, dengan hasil kompetisi diumumkan melalui laman resmi InIIC pada Sabtu (18/4) lalu.
Tim ini mempresentasikan karya mereka secara jarak jauh melalui video, dengan memaparkan bahwa belum pernah sebelumnya, terutama di Indonesia, terdapat penggunaan model tiga dimensi sebagai informasi utama pada sistem informasi kebudayaan sehingga mereka berani mengangkat karya ini pada kompetisi tersebut.
“Karya-karya milik tim lain sangat luar biasa, bahkan kami sampai tidak pernah terpikirkan karya semacam itu. Namun, tidaklah membuat pesimis bagi kami untuk memberikan yang terbaik sebagai persembahan kepada masyarakat, Bangsa Indonesia dan almamater Universitas Gadjah Mada,” ungkap Yofita.
Sebelum mengikuti kompetisi di Malaysia, karya ini telah berhasil menyabet juara pertama dalam kompetisi nasional yang diadakan oleh Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada November 2019.
Akram, sebagai pendiri, engineer, sekaligus web developer pada tim ini mengungkapkan bahwa pembuatan sistem tersebut tidak mudah, karena tim harus melakukan survei lapangan dan pemotretan pada terik matahari agar mendapat pencahayaan yang terbaik serta mengurus berbagai perizinan.
Ia berharap agar nantinya proyek yang mereka buat ini terus berkembang sehingga dapat menjadi salah satu dorongan bagi kaum muda untuk tidak meninggalkan sejarah milik bangsa.
“Data yang ada juga merupakan kolaborasi yang dimiliki sivitas akademika di lingkungan Universitas Gadjah Mada khususnya Departemen Teknik Geodesi. Semoga apa yang kami persembahkan, bisa bermanfaat bagi masyarakat,” tuturnya.
Penulis: Gloria