• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Stigma Negatif Pemudik dan Bertambahnya Masyarakat Miskin di Tengah Covid-19

Stigma Negatif Pemudik dan Bertambahnya Masyarakat Miskin di Tengah Covid-19

  • 22 April 2020, 06:30 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 4316
Stigma Negatif Pemudik dan Bertambahnya Masyarakat Miskin di Tengah Covid-19

Bencana virus Covid-19 tidak hanya berdampak pada bidang kesehatan dan ekonomi, namun juga memunculkan stigma negatif bagi kalangan perantau yang memilih pulang kampung halaman karena daerah tempat kerjanya tidak lagi memberikan lapangan pekerjaan. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan makan saja mereka sulit. Bukan hanya bagi perantau, namun pemudik yang pulang kampung jelang puasa dan lebaran ini juga dianggap sebagai media penularan penyakit karena kembali dari daerah yang dianggap pusat sumber penyebaran virus tersebut.

“Mereka berada posisi diliema, muncul ketakutran dan kekhawatiran orang-orang seolah mereka membawa penyakit,"kata Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Dr. Agus Joko Pitoyo, dalam diskusi daring yang bertajuk Covid-19 dari Perspektif Kependudukan dan Kebijakan, Senin (20/4).

Saat ini pemerintah menganjurkan warga masyarakat dilarang untuk mudik dan bepergian di tengah Covid-19. Sementara kondisi para perantau yang tidak memiliki pekerjaan dan kesulitan ekonomi lebih memilih pulang kampung dengan alasan selain merasa ada harapan ekonomi,  dekat dengan keluarga, dan menghindari risiko tertular. “Di kampung ada perasaan tenang dan secara psikologis merasa damai karena dekat dengan keluarga sehingga mau tidak mau harus pulang,”ujarnya.

Namun begitu, menurut Agus Joko Pitoyo kepulangan perantau yang memilih mudik lebih awal sebelum lebaran atau mudik di saat lebaran dikhawatirkan akan menambah jumlah penderita Covid-19. Sebab, bertambahnya jumlah penderita di seluruh dunia disebabkan adanya penularan dari mereka yang melakukan migrasi. “Migrasi pergerakan manusia jadi agen utama penyebaran virus,”katanya.

Menurutnya, mudik lebaran memang dikhawatirkan akan meningkatkan risiko penularan virus ini. Apalagi mudik sudah menjadi tradisi masyarakat kita. Setiap tahun setidaknya ada sekitar 17 -18 juta orang melakukan aktivitas mudik. “Saat ada wabah ini sebagian terpaksa dan dipaksa mudik sebelum puasa atau lebaran karena tidak ada lagi penghasilan,” katanya.

Ia berpandangan apabila jumlah pemudik ini tidak dikendalikan justru akan meningkatkan jumlah penderita Covid-19 di tanah air. Namun begitu, bagi pemudik yang sudah berada di kampung halaman jangan pula sampai dikucilkan seolah mereka sebagai agen pembawa penyakit.

Ekonom dari FEB UGM, Dr. Elan Satriawan, mengatakan adanya kebijakan pemberian bantuan bagi masyarakat miskin yang terkena dampak Covid-19 sangat diperlukan. Apalagi pemberian bantuan tersebut juga mampu menahan mereka untuk tidak mudik untuk sementara. “Progran perlindungan sosial ini memiliki fungsi ganda, melindungi kesejahteraan dan menjamin mereka tetap di rumah,” katanya.

Meski pemerintah akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp405 triliun untuk mengatasi dampak Covid-19 melalui pemberian bantuan, stimulus untuk UMKM dan kebijakan kesehatan, namun ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada angka 1-2 persen. Adapaun jumlah keuarga miskin akan bertambah sekitar 9-12 persen dengan jumlah penduduk miskin yang bertambah hingga 8,5 juta orang.

Pengamat Kebijakan Publik UGM, Dr. Ambar Widaningrum, mengatakan pemerintah nampak gelagapan dan mengalami krisis kebijakan saat Covid-19 ketika mulai masuk ke tanah air. Kebijakan pun diambil setelah mucul 1-2 kasus dan WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global. “Dua hari setelah WHO menyakan Covid-19 sebagai pandemi maka keluar produk hukum. Saya hitung dalam satu bulan ada 9 produk hukum dari Kepres, Perpres, PP, Inpres dan Perpu,” ujarnya.

Menurutnya, krisis kebijakan di saat penyebaran corona masuk ke Indonesia disebabkan belum ada pemahaman pengetahuan soal wabah ini. Sementara data muncul dari luar negara tidak dimanfatakan secara seksama. “Ada keragu-raguan pemerintah dalam pengambilan kebijakan mendasar menanganani corona”katanya.

Pengalaman pemerintah dalam penanganan wabah ini menurutnya akan semakin menegaskan bahwa kebijakan publik yang diambil seharusnya berdasarkan akumulasi pengetahuan dan data. Selanjutnya, literasi masyarakat makin bertambah sehingga respons masyarakat terhadap Covid-19 semakin kokoh.

Penulis : Gusti Grehenson

Berita Terkait

  • Pemuda Tidak Lepas dari Stigma

    Wednesday,24 August 2011 - 13:47
  • UGM Bantu Kendalikan Persebaran Corona dengan Aplikasi Siaga Mudik

    Thursday,16 April 2020 - 14:17
  • UGM Akan Kirim Mahasiswa Pantau Pemudik di DIY

    Saturday,04 April 2020 - 17:25
  • Stigma Buruk Gangguan Kesehatan Mental Hambat Pemulihan Pasien

    Wednesday,19 January 2022 - 9:20
  • Hasil Swab Test Karyawan GMC Negatif Covid-19

    Friday,28 August 2020 - 15:50

Rilis Berita

  • Pukat UGM Sesalkan Kemunduran Pemberantasan Korupsi di Indonesia 08 February 2023
    Peneliti Pusat Kajian AntiKorupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yuris Rezha Kur
    Gusti
  • Belajar dari Gempa Turki, Masyarakat Perlu Memiliki Rencana Evakuasi Mandiri 07 February 2023
    Bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Selasa (6/2) kemarin.
    Gusti
  • Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok 07 February 2023
    Aplikasi layanan ramah disabilitas buatan mahasiswa penyandang disabilitas daksa dari Departemen
    Ika
  • SPs UGM Lakukan Pengabdian di KHDTK Getas Blora 07 February 2023
    Sekolah Pascasarjana UGM (SPs) mengadakan serangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Belu
    Agung
  • Cegah Diabetes Pada Anak Dengan Membatasi Makanan Manis dan Lakukan Aktivitas Fisik 06 February 2023
    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat kasus diabetes pada anak meningkat signifikan pada t
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual