Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak (NMT), Fakultas Petenakan UGM tergerak untuk memberdayakan kelompok wanita tani di beberapa wilayah di sekitar Yogyakarta melalui pendampingan di bidang peternakan. Prof. Dr. Ir. Kustantinah, DEA., IPU., selaku koordinator mengatakan selama pendampingan, para anggota kelompok wanita tani dibekali keterampilan di bidang peternakan yakni cara pembuatan kandang panggung, pengenalan hijauan pakan ternak, penanaman tanaman pakan pada musim penghujan untuk ketersediaan pada musim kemarau, dan hijauan pakan ternak sebagai bahan anti parasit, pengolahan limbah, dan perkawinan ternak.
“Kami juga mengajarkan juga pengolahan susu, terutama di Kelompok Wanita daerah lereng Merapi,” ujar Kustantinah, Kamis (23/4).
Meski saat ini tengah kondisi pandemi Covid-19, pihaknya terus berkomunikasi dengan anggota kelompok tani tersebut dan memberikan konsultasi kepada mereka lewat ponsel. Ia menambahkan setiap daerah mempunyai potensi dan jenis ternak sendiri-sendiri, akan tetapi selalu dipilih ruminansia kecil seperti kambing atau domba karena akan dipelihara oleh ibu-ibu sehingga diperkirakan tidak terlalu sulit atau berat. “Kambing yang dipelihara dianggap sebagai gaduhan dan harus digulirkan ke anggota yang baru,” katanya.
Menurutnya anggota kelompok wanita tani merupakan ibu-ibu yang sudah biasa bertani dan memelihara ternak. Namun begitu, akses ke hijauan sebagai pakan adalah sangat penting sehingga para anggota harus mempunyai lahan, dapat berupa lahan sendiri, atau sebagai penggarap lahan. “Harapan kita akses ke hijauan pakan ternak tidak merupakan permasalahan. Demikian pula ketersediaan air, harus ada, meskipun pada musim kemarau,” paparnya.
Kustantinah mengungkapkan para anggota kelompok berdisiplin tinggi dalam melaksanakan kegiatan tersebut sehingga membuahkan hasil yang memuaskan. Kegiatan pemberdayaan tersebut dapat membantu para anggota meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini dilihat dari peningkatan jumlah ternak yang dipelihara sehingga anggota dapat menjual ternak yang dihasilkan untuk kebutuhan pokok keluarga, pengobatan, sekolah, perbaikan rumah, kamar mandi, dan kebutuhan mendesak lainnya, dan juga sebagian besar digunakan sebagai tabungan.
“Hal ini sesuai dengan tujuan pemeliharaan ternak di pedesaan. Pada umumnya, pemeliharaan ternak digunakan sebagai tabungan yang akan mudah diuangkan apabila membutuhkan. Bagi anggota yang mempunyai lahan maka dapat memanfaatkan tanaman atau hasil samping pertanian untuk pakan ternaknya,” katanya.
Pembinaan wanita tani di sekitar DIY ini sudah dimulai sejak 1999 sampai sekarang, berawal di Dusun Kwarasan, Desa Kedung Keris, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul. Kegiatan tersebut terlaksana atas kerja sama Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UGM dan Aberdeen University, Skotlandia, dengan sponsor DFID, British Council. Selanjutnya, Kustantinah bersama timnya mendampingi lebih banyak lagi kelompok wanita tani, yaitu di Dusun Gombang, Kecamatan Ponjong, Desa Banyusoca, Kecamatan Playen, dan Dusun Wonolagi di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Sedangkan di Kabupaten Sleman, kegiatan pendampingan kelompok Wanita (Gama Turgo Lestari) berada di Desa Turgo, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, demikian pula kegiatan berlangsung di Kabupaten Kulon Progo.
Saat ini, Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak (NMT) tidak mendampingi lagi semua kelompok wanita tersebut secara rutin karena telah secara mandiri mengelola ternak mereka. Pada saat ini Kelompok Wanita Tani yang masih didampingi adalah kelompok wanita Gama Ngudi Lestari di Desa Gombang Kecamatan Playen dan Kelompok Wanita Gama Sumber Rejeki, di Desa Ngleri, Dusun Wonolagi, Kecamatan Playen, di Kabupaten Gunungkidul, demikian juga kelompok wanita Gama Turgo Lestari, di Desa Turgo, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Digunakan nama Gama karena merupakan binaan dari para dosen di Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada.
Kelompok-kelompok tersebut antara lain Kelompok Wanita Tani Gama Sumber Rejeki di Desa Ngleri, Dusun Wonolagi, lokasinya adalah yang paling sulit dijangkau. Daerah ini dikelilingi hutan yang dikelola oleh Perhutani dan juga UGM (Hutan WANAGAMA), akses lain dipisahkan oleh sebuah sungai, yaitu Sungai Oya yang bermanfaat menolong ketersediaan hijauan pada musim kemarau, akan tetapi tidak ada jembatan yang menghubungkan desa tersebut dengan desa lain. “Kami akhirnya menginisiasi pembangunan jembatan ini dengan mitra,” katanya.
Di kelompok wanita Gama Sumber Rejeki, Dusun Wonolagi, Desa Ngleri tersebut, Kustantinah mengembangkan Kambing Kacang yang merupakan plasma nutfah. Kambing kacang adalah kambing yang bentuk badannya kecil akan tetapi merupakan kambing asli Indonesia yang saat ini populasinya terutama di Pulau Jawa sudah sangat sedikit dan hanya dapat diperoleh atau dipelihara masyarakat di daerah Jawa Barat (Serang). Melihat hal tersebut, Kustantinah dan staf Dosen Departemen NMT, Fapet UGM bertekad untuk mengembangkan Kambing Kacang yang merupakan plasma nutfah Indonesia berbasis kelompok wanita tani. “Kegiatan ini sedang berlangsung dengan harapan apabila pengembangan ini berhasil maka sebagai model pengembangan ternak plasma nutfah Indonesia,” katanya.
Selain sebagai sarana pengabdian, pendampingan kelompok wanita tani juga digunakan sebagai sarana penelitian dan praktikum mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa menjadi tahu dan belajar kondisi peternakan di tingkat peternakan rakyat. “Banyak mahasiswa program S-1, S-2, dan S-3 yang lulus dengan adanya kegiatan ini,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson