• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Kelangkaan Gula, Pasokan Baru Diperkirakan Masuk Pasar Bulan Juli

Kelangkaan Gula, Pasokan Baru Diperkirakan Masuk Pasar Bulan Juli

  • 05 May 2020, 08:10 WIB
  • Oleh: Gloria
  • 4175
Kelangkaan Gula, Pasokan Baru Diperkirakan Masuk Pasar Bulan Juli

Memasuki bulan puasa, beberapa bahan pokok seperti gula mulai sulit didapatkan di pasaran. Menurut pakar ekonomi pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Masyhuri, kelangkaan ini di antaranya disebabkan permintaan yang tinggi menjelang hari raya Idul Fitri dan panic buying karena pandemi Covid-19.

“Kelangkaan disebabkan karena persediaan hampir habis menjelang musim giling. Permintaan tinggi selama bulan puasa dan menjelang hari raya, panic buying karena Covid-19 dan pedagang spekulan yang menyimpan,” paparnya.

Bulan Mei, terangnya, merupakan awal musim giling sehingga gula diperkirakan akan tersedia di pasar pada bulan Juli mendatang.

“Stok yang masih ada diborong masyarakat karena untuk persediaan bulau puasa dan lebaran karena masyarakat kan konsumsi gulanya tinggi di bulan-bulan itu. Lebih-lebih ditambah pandemi yang tidak tahu kapan berakhir, ini akan menambah jumlah yang harus disimpan,” terang Masyhuri.

Ia mengungkapkan, kelangkaan ini tidak serta merta bisa dilihat sebagai indikasi krisis pangan yang akan melanda Indonesia. Kondisi ini, menurutnya, tidak akan mengarah pada krisis pangan jika pandemi Covid-19 dapat berakhir dalam waktu dekat. Sebaliknya, potensi krisis muncul jika pandemi ini berkepanjangan.

“Bila pandemi ini panjang produksi berkurang karena input yang digunakan berkurang. Produksi input seperti pupuk dan pestisida juga akan berkurang,” ucapnya.

Pandemi Covid-19 menurutnya memang cukup memengaruhi sektor pangan Indonesia dan juga dunia. Negara-negara dunia mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi pandemi, salah satunya dengan pemberlakuan pembatasan sosial atau lockdown, yang secara langsung mengakibatkan terganggunya roda perekonomian.

“Kerja terbatas, transportasi terbatas, otomatis produktivitas dan produksi pangan berkurang. Gangguan transportasi akan mengganggu juga ekspor impor, tambahan lagi nilai dolar meningkat dan nilai rupiah anjlok sehingga impor mahal dan permintaan ekspor menurun,” jelasnya.

Menghadapi persoalan ini, ia menyebut pemerintah perlu meningkatkan kemandirian pangan. Saat ini hampir semua sektor pangan utama Indonesia masih mengalami defisit, seperti gandum, gula, kedelai, jagung, bawang putih, bawang bombai, cabai, telur, daging, dan lainnya.

Karena itu, Indonesia perlu meningkatkan produksi pangan dalam negeri serta membangkitkan kembali target pencetakan sawah yang selama ini masih mengalami kegagalan, di samping mendorong adanya lumbung pangan di daerah.

“Gudang Bulog sangat tidak cukup untuk cadangan pangan. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong adanya lumbung pangan mulai dari RT/RW, pedukuhan, kelurahan, dan seterusnya,” ungkapnya.

Selain itu, masyarakat juga perlu diberikan sosialisasi mengenai program pemerintah yang menjamin tersedianya bahan kebutuhan pokok tersebut. Pemerintah harus bisa menyakinkan masyarakat, dan keberadaan lumbung pangan menurutnya akan membantu memberikan keyakinan tersebut.

Penulis: Gloria

Berita Terkait

  • Peneliti UGM Menyoroti Penyimpangan Distribusi Gula Rafinasi

    Tuesday,22 May 2018 - 14:22
  • Pemerintah Perlu Memperketat Pengawasan Distribusi Minyak Goreng

    Wednesday,16 March 2022 - 9:41
  • Berkat Gula Kelapa Organik Raih Juara YAC

    Tuesday,16 October 2012 - 15:56
  • Gap Areal dan Produktivitas Sebabkan Produksi Gula Nasional Rendah

    Thursday,26 April 2018 - 15:45
  • Pasar Kerja Membutuhkan 20 Juta Lulusan Vokasi

    Wednesday,20 November 2013 - 13:28

Rilis Berita

  • Pakar UGM: Kemiskinan Seringkali Jadi Ajang Komoditas 31 January 2023
    Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa berdasarkan hasil
    Gusti
  • Pengamat UGM: Jangan Melihat Masyarakat Desa seperti 30-50 Tahun yang Lalu 31 January 2023
    Menuju pemilihan umum 2024, berbagai kampanye politik gencar dilakukan sejak tahun lalu
    Satria
  • FKKMK dan ANU Indonesia Project Meluncurkan Buku In Sickness and in Health: Diagnosing Indonesia 31 January 2023
    Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) da
    Agung
  • UGM Ajak Perguruan Tinggi Daerah Berkolaborasi Dukung Pembangunan Smart City di IKN 31 January 2023
    Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas G
    Gloria
  • Fenomena Perpajakan di Indonesia: Sentimen terhadap Pajak Positif tapi Kepatuhan Membayar Pajak Rendah 30 January 2023
    Mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi UGM, Ika Rahma Susilawati, menulis disertasi berjudul &ld
    Gloria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual