![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/07052015888340842142201553-766x510.jpeg)
Guru Besar Emeritus Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. Dulbahri, meninggal dunia pada Kamis (7/5) di usia 80 tahun. Pria kelahiran Batang Toru, Tapanuli Selatan ini merupakan sosok yang banyak berkontribusi dalam bidang ilmu pengindraan jauh dan sistem informasi geografis (SIG).
Sebelum dimakamkan di makam Keluarga Besar UGM Sawitsari, jenazah disemayamkan terlebih dahulu di Balairung UGM. Persemayaman dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir dari keluarga besar UGM.
“Atas nama keluarga besar UGM kami menyampaikan rasa duka mendalam kepada keluarga besar Prof. Dulbahri,” kata Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., ASEAN., Eng., Kamis (7/5).
Panut menyampaikan almarhum merupakan ilmuwan yang telah memberikan kontribusi besar dalam Ilmu Geografi, khususnya bidang pengindraan jauh. Berbagai penelitian dan publikasi yang dihasilkan memberikan pengaruh besar dalam pengembangan ilmu pengindraan jauh.
Ketekunannya mengembangkan ilmu pengindraan jauh ditujukan untuk memberikan solusi berbagai permasalahan di masyarakat. Mulai dari persoalan krisis air, penggunaan lahan untuk perkebunan dan pertanian, pembangunan kualitas lingkungan, perencanaan tata ruang, dan perpajakan.
“Beliau juga merupakan salah satu tokoh yang giat untuk mengembangkan Sistem Informasi Geografis (SIG),” tutur Panut.
Pada pengukuhan sebagai Guru Besar pada 11 Agustus 2001, Prof. Dr. Dulbahri menyampaikan pidato berjudul Peran Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Dalam Pengelolaan Sumber Daya di Era Otonomi Daerah. Dalam pidatonya dia memaparkan bahwa otonomi daerah memberikan hak atas sumber daya yang dikuasai. Namun, untuk menjamin pembangunan berkelanjutan yang dapat dinikmati oleh generasi-generasi selanjutnya, pemerintah daerah perlu memikirkan kerja sama antar daerah dalam mengelola sumber daya.
Teknik pengindraan jauh dapat dimanfaatkan untuk evaluasi keruangan dan potensi sumber daya alam agar dapat ditentukan perencanaan dan pemanfaatan dengan baik. Pengindraan jauh penting dimanfaatkan tidak hanya agar memperoleh hasil kerja terpadu dan menghindari kerugian pembangunan. Namun, melalui pengindraan jauh juga data bisa disajikan secara transparan. Dengan demikian, diharapkan bisa mendorong sikap kejujuran di masa otonomi daerah.
Panut menyebutkan dalam mendarmabaktikan ilmunya, Prof. Dr. Dulbahri tidak hanya memperhatikan lingkungan terdekatnya saja. Almarhum memberikan komitmen dan perhatian yang besar bagi kemajuan pembangunan Indonesia. Hal ini terlihat dari kiprah penelitian dan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan di berbagai wilayah tanah air. Kepakarannya mendapatkan pengakuan di tingkat nasional. Oleh karena itu, dipercaya sebagai anggota Dewan Pakar di Badan Pertanahan Nasional dan Anggota Komisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kedirgantaraan Nasional.
Selain tekun mengembangkan keilmuwan, Prof. Dulbahri semasa hidupnya juga dikenal sebagai sosok yang memberikan kontribusi besar dalam pengelolaan dan pembangunan Universitas Gadjah Mada. Semasa hidupnya dia senantiasa memberikan pemikiran-pemikiran positif dalam peran yang diembannya sebagai ketua jurusan, pembantu dekan, Ketua PUSPICS, serta anggota Senat Akademik UGM.
Panut mengungkapkan almarhum dikenang sebagai sosok yang senantiasa memberikan semangat kepada generasi muda agar selalu bekerja keras, bersyukur, dan tidak pantang menyerah. Hal tersebut tidak hanya sebatas ucapan saja, tetapi dengan memberikan keteladanan. Bahkan, setelah masa purna tugasnya almarhum masih melakukan kegiatan penelitian dan pembelajaran sampai ke pelosok negeri.
Penulis: Ika
Foto: Firsto