• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Covid-19 Bentuk Perilaku Baru

Covid-19 Bentuk Perilaku Baru

  • 08 May 2020, 10:28 WIB
  • Oleh: Agung
  • 7082
  • PDF Version
Covid-19 Bentuk Perilaku Baru

Pandemi Covid-19 telah menghentak dunia dan banyak pihak fokus untuk menghindari penyebaran makhluk nano tak kasat mata ini. Setidaknya, virus SARS-CoV-2 hingga Mei 2020 telah menjangkiti lebih dari 3 juta orang yang  positif  Covid-19 di seluruh dunia.

Di Indonesia terkait kasus ini menunjukkan fatality rate atau angka kematian infeksi SARS-CoV-2 relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.  Hingga saat ini tercatat sebanyak lebih dari 12.000 kasus positif (PDP) dan lebih dari 800 diantaranya meninggal dunia.

Tidak hanya berdampak pada kesehatan, pandemi Covid-19 ini juga memaksa sejumlah negara menerapkan kebijakan yang berdampak besar bagi perekonomian rakyat dan kondisi sosial budaya di dalam negeri. Indonesia pun mengerahkan segala daya mulai dari hulu ke hilir, dari sektor ekonomi hingga kesehatan.  

Kebijakan tersebut antara lain penerapan kebijakan work from home, physical distancing, hingga penerapan gaya hidup bersih dan sehat digalakkan dari tingkat keluarga, RT/RW, kecamatan, kabupaten, kota, provinsi hingga negara. Situasi sedemikian cepat berubah, dan ini membuat banyak pihak melakukan penyesuaian diri dan merasakan adanya kondisi baru dan asing terjadi di tengah hidup bermasyarakat.

“Apabila menilik dari status pandemi yang ditetapkan WHO pada Covid-19 ini kita dapat membayangkan betapa pada kehidupan kita sebelum ini merupakan kondisi yang sangat ideal bagi penyebaran dan perkembangbiakan virus," ujar Prof. Apt, Edy Meiyanto, M.Si., PhD, Cancer Chemoprevention Research Center Fakultas Farmasi UGM, Jumat (8/5).

Munculnya Covid-19, menurutnya, telah menghadirkan perilaku baru di tengah masyarakat seperti tindakan sederhana mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker menjadi hal yang tiba-tiba spesial. Kedua tindakan tersebut mungkin dianggap sebagai sesuatu yang asing di masa lalu. 

Seolah-olah kebiasaan mencuci tangan menjadi suatu terobosan mutakhir yang terasa mewah. Hal ini menunjukkan betapa masyarakat di masa lalu tidak terbiasa berperilaku dengan gaya hidup bersih dan sehat.

“Sebelum Covid-19, orang tidak akan ambil pusing ketika harus bepergian atau berinteraksi dengan orang lain. Mungkin dianggap tidak umum melakukan cuci tangan selepas menggunakan atau menyentuh fasilitas umum," terangnya.

Belum lagi soal etika batuk dan bersin yang benar. Hal ini mungkin dianggap berlebihan jika harus menggunakan masker di tempat-tempat umum, tapi hal tersebut kini menjadi hal biasa yang dilakukan dari tukang sapu, tukang becak, pedagang asongan, sampai para pejabat negara.

“Tanpa kecuali mereka pun kini ramai-ramai mengampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat. Fenomena yang sama sekali baru bagi penduduk dunia pada abad ini," jelasnya.

Berbagai perilaku baru ini ternyata justru menciptakan suatu kondisi normal yang baru. Pepatah every clouds had its silver lining sangat cocok menggambarkan situasi ini, bagaimana sisi terang pandemi Covid-19 menggiring masyarakat secara paksa terdidik untuk menerapkan gaya hidup sehat dan gaya hidup bersih tanpa terkecuali.

“Bagaimana memasak makanan sendiri menjadi lumrah. Menggunakan masker menjadi umum. Mencuci tangan sebelum makan menjadi kebiasaan. Orang menjadi lebih sadar untuk menjaga makanan dan memilah jenis makanan yang baik bagi kesehatan tubuh. Mereka bahkan secara sukarela menerapkan gaya hidup sehat dengan rutin berolahraga dan beristirahat cukup demi meningkatkan sistem pertahanan tubuh alami. Seolah-olah dengan adanya pandemi ini masyarakat justru menjadi lebih mawas dengan istilah-istilah kesehatan yang sebelumnya seringkali terabaikan, dianggap remeh, atau justru menjadi momok," ucap Edy Meiyanto.

Meski tidak tahu kapan semua orang berharap pandemi ini segera berakhir. Sebab, orang sudah mulai jengah dengan berdiam diri di rumah dan mencari-cari alternatif aktivitas menunggu semuanya kembali normal.

Irfani Aura Salsabila, S.Farm menambahkan situasi sekarang ini menuntut untuk meredefinisi soal kondisi normal yang baru. Menurutnya, ini penting sebab di saat pandemi berakhir bukan berarti masyarakat dapat begitu saja kembali kepada pola kehidupan lama. 

“Apakah tidak mubadzir menyia-nyiakan kebiasaan bagus yang sudah terlanjur terbentuk selama masa pandemi ini? Apabila pandemi berakhir, perlu diketahui bahwa virus-virus penyebab penyakit Covid-19 tidak berarti lenyap dari muka bumi. Justru akan timbul ketidakseimbangan alam semesta apabila virus dan bakteri lenyap dari muka bumi karena toh setiap makhluk di muka bumi pasti memiliki perannya sendiri dalam menjaga dinamisme harmoni kehidupan," tuturnya.

Pada dasarnya bakteri dan virus, materi-materi mikron dan nano tak kasat mata tersebut sudah ada dari sejak dulu kala, dan akan terus ada sepanjang kehidupan alam semesta. Hanya karena ukurannya yang super kecil dan tidak tampak oleh penglihatan manusia bukan berarti ia lantas tidak ada.

“Diperlukan kesadaran bahwa kita tidak pernah aman dari risiko paparan infeksi virus maupun bakteri selama masih bersama hidup saling berdampingan di alam jagad raya yang sama," tuturnya.

Oleh karena itu, untuk menjaga kehidupan manusia agar tetap lestari tentu tidak salah jika kondisi new normal yang telah berjalan selama ini tetap dijalankan dan dibentuk menjadi perilaku kebiasaan. Upaya mempertahankan ini tentunya akan menaikkan derajat kualitas kehidupan umat manusia secara berjamaah tanpa memandang status negara dan kondisi geografi.

Untuk itu, konsistensi menjadi kunci sehingga diperlukan komitmen untuk menjaga keberlangsungan hidup yang lebih baik bersama-sama. Semua unsur masyarakat yang kini juga telah melakukan adaptasi hidup bersih dan sehat perlu terus mengembangkannya dengan berbagai program dan kegiatan yang berkelanjutan.

Untuk menjaga keberlanjutannya tersebut tentu tidak cukup kiranya kalau hanya dibebankan begitu saja kepada masyarakat. Diperlukan pengembangan program untuk menjaga keseimbangan biotik (makhluk hidup) dan abiotik (kehidupan sosial ekonomi) yang saat ini sudah dirintis bersama, termasuk hubungan dan kepedulian sosial.

“Semua lembaga, misalnya pendidikan, sosial keagamaan, infrastruktur ekonomi, kesehatan, dan utamanya pemerintahan harus menyiapkannya dengan baik dalam menyambut kondisi pasca Covid-19 nanti agar terjaga harmoni kehidupan yang sehat dan produktif," pungkasnya.

Penulis : Agung Nugroho
Foto: Alodokter.com

Berita Terkait

  • Perilaku Religius Berpengaruh Dalam Memilih Produk Bank Syariah

    Thursday,17 October 2019 - 13:57
  • Psikiater UGM Paparkan Tiga Masalah Besar Kesehatan Mental di Tengah Pandemi Corona

    Wednesday,14 October 2020 - 15:46
  • Kepatuhan Pajak Masih Menjadi Masalah Serius

    Tuesday,29 January 2019 - 15:52
  • Dokter RSA UGM Paparkan Gejala Baru Covid Tongue

    Friday,29 January 2021 - 14:40
  • Teori Perilaku Terencana dan Teori Kognisi Sosial Mampu Prediksi Niat dan Perilaku Individual

    Tuesday,21 August 2018 - 5:02

Rilis Berita

  • UGM Manfaatkan Lahan Tidur di Klaten Untuk Pengembangan Padi Unggul 18 May 2022
    Fakultas Pertanian UGM berkolaborasi dengan Taman Sehat Rejosari (Tasero) Delanggu Klat
    Gusti
  • Tim Catur UGM Raih Prestasi di GACC ke-25 di University of Malaya 18 May 2022
    Tim Catur UGM berhasil meraih sejumlah prestasi membanggakan dalam kejuaraan 25th Grand Asian Che
    Agung
  • Menteri PPPA Apresiasi Upaya UGM Tangani Kekerasan Seksual 17 May 2022
    Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, S.E, M.Si, m
    Gloria
  • UTBK di UGM Diikuti 12.232 Peserta 17 May 2022
    Sebanyak 12.232 peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Gadjah Mada
    Ika
  • Pengamat UGM Bicara Soal Penyesuaian Tarif Listrik Progresif 17 May 2022
    Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Bins
    Agung

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual