Mantan Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, Ph.D., dilantik sebagai Direktur Jendral (Dirjen) Pendidikan Sekolah Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Pelantikan dilakukan oleh Mendikbud, Nadiem Anwar Makarim, secara daring, Jumat (8/5) dalam acara Pelantikan Pejabat Kemendikbud dan Anggota Lembaga Sensor Film periode 2020-2024.
Nadiem dalam sambutannya mengatakan bahwa pendidikan manusia Indonesia harus mengikuti perkembangan zaman dan memperhatikan pelaku pendidikan. Pelaku pendidikan harus dilihat sebagai subjek, bukan objek sehingga Kemendibud memberikan kebebasan pada insan pendidikan dan budaya untuk berkreasi, berinovasi, serta berpartisipasi memajukan pendidikan dan kebudayaan Indonesia.
“Hal tersebut menjadi tantangan dan motivasi kuat merdeka belajar yang berjalan secara efektif dalam sistem pendidikan Indonesia. Harapannya para pejabat yang baru dilantik bisa segera berkoordinasi internal dan melakukan penyesuaian tugas sesuai kondisi terkini, kreatif dan inovatif menjawab berbagai tantangan khususnya merdeka belajar,” paparnya.
Sementara Wikan Sakarinto saat dihubungi melalui pesan WhatsApp mengaku mengemban amanah baru di Kemendikbud merupakan tanggung jawab yang tidak ringan. Sebab, pendidikan vokasi di Indonesia masih memiliki tantangan panjang kedepan.
“ Link and Match dunia pendidikan, dunia usaha dan dunia industri (DUDI) harus disempurnakan, terstruktur, dan berkelanjutan agar menjadikan vokasi kuat yang menguatkan Indonesia,”jelasnya.
Dia menyampaikan bahwa sesuai arahan Mendikbud, pendidikan vokasi meliputi SMK, pendidikan tinggi vokasi, dan lembaga pelatihan keterampilan harus bersinergi erat dengan industri dan dunia kerja (link and match). Konsep ini sudah cukup lama dicetuskan dan diupayakan terwujud di Indonesia. Tidak sedikit SMK dan kampus vokasi yang sudah melakukannya atau mulai melakukannya dengan pihak industri.
“Namun, Link and Match tersebut jangan hanya selesai pada MoU. Prinsipnya, harus betul-betul dalam dan berkelanjutan serta menguntungkan seluruh pihak,” jelasnya
Link and Match antara lain ditunjukkan dengan menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri atau dunia kerja dan menjawab kebutuhan skills dan kompetensi masa depan. Lalu, program magang atau praktik kerja industri minimal 1 semester yang dikelola bersama dengan sangat baik dan terkonsep. Didukung dengan dukungan dosen tamu atau praktisi yang mengajar di SMK dan kampus vokasi yang semakin intensif.
Sementara guru SMK, dosen kampus vokasi harus memiliki sertifikasi kompetensi yang diakui oleh industri dan dunia kerja. Selanjutnya ada sertifikasi kompetensi yang diakui industri bagi lulusan SMK dan pendidikan tinggi vokasi saat memasuki dunia kerja. Industri juga harus berkomitmen dalam penyerapan lulusan pendidikan vokasi, dengan skema penghargaan dan skema karier yang baik.
Link and Match ini diharapkan dapat memberikan keuntungan semua pihak. Melalui konsep ini industri akan diuntungkan karena meningkatnya kualitas lulusan pendidikan vokasi yang jauh lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Sementara industri masuk ke sekolah dan kampus akan membuat siswa dan mahasiswa lebih cepat memahami dunia kerja.
“Jadi, mari kita semua, dunia pendidikan dan DUDI, bersama-sama “memasak” atau menciptakan SDM unggul tersebut,” katanya.
Di sisi lain, SDM pendidik dan pengelola pendidikan vokasi harus melakukan pembenahan, penguatan, dan inovasi-inovasi yang sesuai dengan poin-poin link and match, serta adaptif mampu menerjemahkan tantangan dan karakter kompetensi masa depan.
Tak hanya itu, pendidikan vokasi harus mampu berkolaborasi dengan pendidikan akademik dan profesi. Dengan begitu diharapkan bisa menghasilkan hasil riset terapan yang menghilirisasi riset-riset menjadi produk nyata, paten, dan dipublikasikan ke platform publikasi terapan.
“Last but not least, pendidikan vokasi harus mampu menghasilkan entreprenuer-entrepreneur hebat yang akan menjadi pilar kehebatan bangsa,”pungkasnya.
Penulis: Ika