UGM menggelar Gebyar Ramadan Mardliyyah pada Minggu (10/5) malam yang disiarkan langsung melalui Youtube, instagram, TVRI, serta Swaragama FM. Acara secara daring ini diinisiasi oleh Panitia Ramadan Masjid Kampus Mardliyyah UGM dalam rangka menyambut malam Nuzulul Quran sekaligus soft launching Masjid Kampus Mardliyyah.
Beberapa tokoh nasional diundang untuk mengisi bincang-bincang dalam acara ini. Bincang-bincang terbagi dalam empat sesi dengan masing-masing tema yang berbeda. Salah satu sesinya mengusung tema “Iqro: Membaca Dinamika Zaman dari Beragam Perspektif” menghadirkan Erick Thohir (Menteri BUMN RI/Entrepreneur), Alissa Wahid (Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian/Aktivis), Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU ASEAN.Eng. ( Rektor UGM), Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc. (Menteri Sekretaris Negara RI).
Dalam acara tersebut, Pratikno memulai perbincangan dengan menyebut bahwa melalui pandemi Covid-19 ini masyarakat Indonesia mulai banyak menyerap pengetahuan. Hal itu disebabkan derasnya arus informasi yang menurutnya sebagai berkah tersendiri.
Namun, Pratikno juga melihat bahwa tidak semua informasi tersebut sesuai dengan fakta atau hoaks. “Informasi yang banyak saling mencuri perhatian masyarakat, entah itu benar atau salah. Masyarakat memerlukan penyaring. Kalau berdasarkan hemat saya, penyaring tersebut adalah berpikir kritis,” ujarnya.
Hal itu disetujui oleh Alissa. Menurutnya, berpikir kritis penting untuk memilah informasi. Kemudian, ia berujar bahwa seperi wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yakni Iqra, yang artinya adalah bacalah sehingga masyarakat juga perlu membaca.
”Membaca dinamika zaman melalui literatur-literatur penting untuk menyesuaikan diri dengan konteks situasi yang sedang mereka hadapi. Seperti dalam beragama yang utama adalah memuliakan Tuhan dan membangun kemaslahatan di muka bumi. Mengenai caranya, kita beragama sekarang sesuai media dan tata caranya sesuai perkembangan zaman ini,” terangnya.
Lebih lanjut, Alissa juga berharap masyarakat juga perlu melakukan perubahan perilaku serta kepercayaan mereka jika ingin menyukseskan upaya penanggulangan pandemi Covid-19 ini. Walaupun nantinya ada vaksin dan kebijakan dari pemerintah, tapi perilaku tidak berubah maka percuma.
Oleh karena itu, Alissa menyarankan kepada pemerintah agar fokusnya sekarang tidak hanya pada inovasi untuk penanggulangan Covid-19 ini. Ia berharap pemerintah juga menggencarkan edukasi dari kebijakan-kebijakan mereka.
“Anjuran-anjuran seperti social distancing, work from home, serta larangan mudik, pemerintah perlu melakukan upaya-upaya edukasi yang masif dan tegas kepada masyarakat. Pola pikir masyarakat harus diubah untuk menghentikan penyebaran pandemi ini. Sekarang tinggal bagaimana cara pemerintah melakukannya,” tuturnya.
Erick mengaku setuju dengan apa yang disampaikan Alissa. Ia menyampaikan bahwa pemerintah sekarang telah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan bangsa ini. Namun, pemerintah tetap menjaga agar masyarakat tidak mengalami kepanikan dalam menjalankan program maupun kegiatannya. Saat ini pemerintah berupaya menggaet beberapa institusi, termasuk perguruan tinggi untuk membantu menyukseskan program-programnya.
“Dua hal yang perlu masyarakatkan tanamkan dalam menghadapi pandemi ini, yakni bersih dan disiplin. Mereka perlu berpikir bersih dalam menerima setiap informasi yang mereka dapat. Selain itu, mereka juga perlu disiplin dalam berperilaku. Kami sudah memberi arahan-arahan apa yang harus dilakukan, tinggal bagaimana mereka mematuhinya,” ujarnya.
Terakhir, Panut menyatakan bahwa UGM telah mengarahkan para akademisinya, baik melalui edukasi maupun turun ke lapangan selama pandemi ini. Hal itu diwujudkan salah satunya dengan pembuatan buku saku Covid-19 yang tersedia dalam beragam bahasa dan kini telah disebarkan ke berbagai daerah.
“Kami siap membanjiri arus informasi masyarakat dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Kami akan selalu terbuka jika pemerintah ingin melakukan kerja sama dalam upaya penanggulangan Covid-19 ini. Dengan demikian, pandemi ini akan segera terlewati,” pungkasnya.
Aara yang dikemas dengan penggalangan donasi melaui Kitabisa.com ini juga menghadirkan Ismail Fajrie Alatas (profesor Islamic studies di New York University, AS), Ust Yusuf Mansur, Wirda Mansur, Noe Letto (musisi dan aktivis), Ahmad Fuadi (novelis Negeri Lima Menara). Ada pula Ghufron Mustaqim (sociopreneur, Co-founder Evermos, Co-founder Kajianmu), Sulthan Farras (Ketua BEM KM UGM), Alfatih Timur (sociopreneur, pendiri Kitabisa.com) dan Sharla Martiza.
Penulis: Hakam
Foto: Firsto