Telah terjadi dampak negatif lingkungan berupa tanah longsor di Desa Gondosuli dan Desa Plumbon serta meluasnya lahan kritis di Desa Sepanjang, akibat dari usahatani berkelanjutan pada budidaya tanaman semusim yang tidak dapat dilakukan diseluruh satuan lahan di kawasan fungsi lindung. Demikian temuan hasil penelitian ekologikal Ir Dina Ruslanjari MSi di lereng Gunungapi Lawu, Kecamatan Tawangmangu.
Dosen luar biasa Fakultas Geografi UGM menyampaikan hal tersebut, saat ujian doctor di Sekolah Pascasarjana UGM, hari Sabtu, (14/10). Bertindak selaku promotor Prof Dr AJ Suhardjo MA dan ko-promotor Dr Ir Slamet Hartono MSc serta Dr HA Sudibyakto MS.
Kata Dina, usahatani berkelanjutan tidak dapat dilakukan di kawasan fungsi penyangga di seluruh satuan lahan Desa Gondosuli dan Desa Plumbon, tingkat kemiringan 25 – 40% pada kawasan recharge area.
“Tingkat Erosi di daerah tersebut melebihi ambang batas yang dapat ditolerir. Di Kelurahan Tawangmangu, Desa Blumbang, Kelurahan Kalisoro dan Desa Gondosuli, usatani berkelanjutan tidak dapat dilakukan. Daerah tersebut merupakan daerah dengan lahan kemiringan >20%,†ujar peneliti PSBA UGM.
Pola usahatani berkelanjutan di lereng barat Gunungapi Lawu, kata Dina, sebaiknya menggunakan cara-cara, penggunaan dosis pupuk organik lebih banyak, efisiensi dosis pupuk anorganik dan penanggulangan faktor pembatas pada kesesuaian tanaman terhadap kondisi fisik lahan. “Penanggulangan faktor pembatas ini dapat dilakukan dengan, perubahan sistem tanam, perubahan waktu tanam, perubahan ukuran teras, mempertinggi guludan, pemberian mulsa jerami dan palstik pada komoditas tertentu,†tandas perempuan kelahiran Solo 11 Juni 1963, yang lulus program doktor UGM Bidang Ilmu Lingkungan dengan predikat sangat memuaskan. (Humas UGM).