• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pakar UGM Jelaskan Kualitas Telur Ayam Fertil

Pakar UGM Jelaskan Kualitas Telur Ayam Fertil

  • 19 May 2020, 10:02 WIB
  • Oleh: Ika
  • 11761
Pakar UGM Jelaskan Kualitas Telur Ayam Fertil
Dalam beberapa waktu terakhir banyak ditemukan di pasaran peredaran telur ayam fertil yang dijual dengan harga jauh di bawah normal. Telur fertil ini dikenal dengan nama telur HE (hatching egg) yang berasal dari perusahaan pembibitan (breeding).
 
Lantas apa perbedaan telur ayam HE dengan telur ayam yang dijual di pasaran pada umumnya?
 
Kepala Laboratorium Ilmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan UGM, Dr. Heru Sasongko, menjelaskan telur HE berasal dari perusahaan pembibitan ayam broiler. Telur jenis ini berasal dari telur fertil, tetapi tidak ditetaskan oleh perusahaan pembibitan. Salah satu alasannya karena suplai anak ayam (DOC) yang terlampau banyak di pasaran. Sementara kebutuhan akan daging tidak begitu banyak sehingga telur sengaja tidak ditetaskan. 
 
Dalam kondisi normal, pasokan anak ayam broiler sekitar 60 juta per minggunya untuk seluruh Indonesia. Namun, di situasi saat ini, di tengah pandemi Covid-19 di saat permintaan akan daging ayam menurun signifikan pasokan ayam hanya diangka 40-45 juta per minggunya. 
 
“Ada sekitar 20 jutaan per minggu telur tidak ditetaskan pada kondisi di mana anak ayam tidak laku. Ada yang menjual karena kondisi darurat ini, kalau kondisi normal tidak mungkin tidak ditetaskan karena biaya untuk produksi 1 telur saja sangat mahal,”jelas dosen Fakultas Peternakan UGM ini saat dihubungi Selasa (19/5).
 
Heru menyampaikan telur kategori ini layak untuk dikonsumsi. Menurutnya, tidak ada perbedaan kualitas antara terlur fertil maupun infertil. Dia mencontohkan seperti pada telur ayam kampung maupun bebek yang juga merupakan telur fertil yang dibuahi. Hanya saja permasalahan terjadi saat telur tersebut dijual di pasaran saat tidak ditetaskan akan mengganggu pasaran telur ayam ras dari peternak layer. 
 
Berbeda pada kasus telur HE yang ditetaskan, namun setelah melalui proses pengecekan embrionya tidak berkembang lalu dikeluarkan dari inkubasi/pengeraman atau disebut telur HE infertil. Telur di kondisi ini tidak layak secara kualitas. Meskipun aman untuk dikonsumsi, tetapi kualitasnya sudah menurun.
 
“Cirinya putih telurnya sudah tidak kental, kuning telurnya juga sdh tidak kental dan melebar jika dipecah dan aromanya kadang sudah berbeda,”terangnya.
 
Sementara dari ciri fisik bisa dikenali dengan cara meneropong dengan senter. Rongga udara di dalamnya sudah besar dengan diameter lebih dari  2 cm. 
 
Dia menyebutkan bahwa sebenarnya ada larangan menjual telur HE yang telah diatur melalui peraturan No.32/Permentan/PK.230/2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Di dalamnya disebutkan pelaku usaha pembibitan dilarang memperjualbelikan telur tertunas atau berkategori telur fertil.
 
“Jadi, memang ada SE dari Permentan yang tidak memperbolehkan memperjualbelikan telur fertil ini,” katanya.
 
Lebih lanjut Heru memaparkan pada telur HE yang tidak ditetaskan, diambil segera setelah proses bertelur, sebenarnya telah terbentuk embrio dalam fase istirahat.  Ketika dibiarkan dalam suhu kamar, embrio telur tidak akan berkembang. Sementara saat telur dieramkan atau inkubasi dengan suhu 100 derajat Fahrenheit atau 38 derajat Celcius maka embrio akan berkembang.
 
 “Telur yang baru saja ditelurkan langsung diedarakan, tidak dimasukan mesin tetas itu sudah ada embrio dalam fase tidur. Embrionya nanti akan mati pada penyimpanan 15 hari di suhu kamar dan akan tahan hingga 3 minggu saat disimpan di ruangan dengan suhu sekitar 16 derajat Celcius,”paparnya.
 
Heru mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir secara berlebihan menghadapi peredaran telur fertil ini. Kendati begitu dia menyarankan masyarakat untuk lebih cermat dalam memilih telur yang akan dikonsumsi.  
 
“Dari harga kalau terlalu murah patut diwaspadai telur ada apa-apanya,” ujarnya.
 
Penulis: Ika

Berita Terkait

  • Pakar UGM Jelaskan Kualitas Telur Ayam Fertil

    Tuesday,19 May 2020 - 10:02
  • Inovasi Teknologi Sortasi Telur Non-Fertil Berbasis Sensor Visual

    Saturday,18 June 2016 - 9:07
  • Meningkatkan Produksi Ayam Kampung Melalui Persilangan

    Friday,15 October 2021 - 14:22
  • Prof. Jafendi: Pemeliharaan Intensif Tingkatkan Produksi Telur Ayam Kampung

    Friday,04 March 2011 - 11:10
  • Penyerap Limbah Logam Berat Dari Cangkang Telur Inovasi Mahasiswa UGM

    Monday,16 July 2018 - 16:04

Rilis Berita

  • UGM dan SUTD Singapura Gelar Pembelajaran Kolaborasi Antarmahasiswa 01 February 2023
    Departemen Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (DTMI FT UGM) bekerj
    Gusti
  • FTP UGM Bina Warga Sambak Magelang Kembangkan Digitally Agro Edutourism 01 February 2023
    Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM mendampin
    Ika
  • UGM Jalin Kerja Sama dengan Universitas Khairun dan PT Pertamina International Shipping 01 February 2023
    Universitas Gadjah Mada melakukan kesepakatan kerja sama dengan Universitas Khairun Ternate dan P
    Satria
  • Pakar UGM: Kemiskinan Seringkali Jadi Ajang Komoditas 31 January 2023
    Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa berdasarkan hasil
    Gusti
  • Pengamat UGM: Jangan Melihat Masyarakat Desa seperti 30-50 Tahun yang Lalu 31 January 2023
    Menuju pemilihan umum 2024, berbagai kampanye politik gencar dilakukan sejak tahun lalu
    Satria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual