Meski, sampai semester II Desember 2005, telah mencapai laba bersih Rp 226 trilyun, dengan rasio kecukupan modal (CAR) 12 persen, dan tingkat NPL (Non-Performng Loan) dibawah lima persen, namun kinerja Bank Mandiri setelah merjer masih menyimpan beberapa permasalahan. Diantaranya, terdapat diversitas budaya kerja karyawan akibat perbedaan asal bank.
Demikian disampaikan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar, Drs Muhammad Djufri MSi, saat ujian doktor bidang ilmu psikologi di sekolah Pascasarjana UGM, Jum’at, (3/11). Promovendus mempertahankan desertasi berjudul “Persepsi Terhadap Budaya Korporat, sikap Kerja, Dan Performansi Kerja Karyawan Bank Mandiriâ€, dengan bertindak selaku promotor Prof Dr Asip F Hadipranata dan ko-promotor Prof Drs Sutrisno Hadi MA.
“Ketidakhati-hatian dalam mengelola perbedaan budaya ini, tentu menimbulkan rendahnya pemenuhan kontrak psikologis karyawan, yang pada akhirnya berdampak kurang menguntungkan terhadap sikap dan performansi kerja karyawan dalam memberikan pelayanan berkualitas bagi nasabah,†ujar Sekretaris Pengelola UPT Layanan Konseling dan psikologi Mahasiswa UNM.
Hasil riset Muh Djufri terhadap 483 karyawan Bank Mandiri kantor Wilayah X Makassar, di Sulawesi, Maluku dan Papua menunjukkan, terdapat perbedaan persepsi terhadap budaya korporat berdasar perbedaan asal bank (Bapindo, Bumi Daya, BDN, Exim dan outsourcing). Karyawan asal BDN, kata dia, paling positif persepsinya terhadap budaya korporat, yang diikuti karyawan asal Exim, BBD, Bapindo dan Outsourcing.
Selain itu, karyawan asal Bapindo menunjukkan tingkat kepuasan kerja paling tinggi, yang diikuti karyawan Exim, BBD, BDN dan Outsourcing. Sementara, terhadap perbedaan komitmen organisasi, karyawan asal Bank exim menunjukkan komitmen organisasi paling tinggi, disusul BDN, BBD, Bapindo dan Outsourcing. ,â€
“Disamping itu, karyawan Outsourcing menunjukkan kecenderungan intensi putuskerja paling tinggi, disusul karyawan asal Bapindo, Bank Exim, BDN dan BBD. Sedangkan, pada performansi kerja, karyawan asal bank Exim menunjukkan performansi paling tinggi, diikuti BDN, Bapindo, BBD dan Outsourcing,†tambah Alumnus S2 Psikologi UGM 1996 – 1999.
Penelitian ini tentu saja bermanfaat bagi masyarakat. Paling tidak, menyajikan salah satu konsep alternatif pengimplementasian budaya korporat bagi perusahaan yang melakukan restrukturisasi strategi merjer, dengan tidak hanya mengutamakan alasan financial (economical contract) dalam proses dan pascamerjer, namun juga bagi kepentingan psikologis karyawan (psychological contract).
“Dengan demikian, karyawan tidak saja selalu menjadi ‘korban’ dari proses restrukturisasi, sebaliknya karyawan menemukan perasaan rewarding atau perasaan berguna karena dihargai martabat serta kontribusinya, “ tandas tandas pria kelahiran Selayar 2 februari 1968, yang menjadi doktor ke 763 yang diluluskan UGM dengan berpredikat sangat memuaskan. (Humas UGM).