Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung percepatan penanganan pandemi COVID-19 dengan membentuk Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19.
UGM menjadi salah satu institusi perguruan tinggi yang terlibat dengan berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan untuk menghasilkan invensi dan inovasi pada bidang-bidang yang ditentukan.
Puluhan tim peneliti UGM telah mengajukan proposal kegiatan penelitian, dan menerima rekomendasi untuk pendanaan dari Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Tahap 1.
“Terima kasih kepada Rektor serta Direktur Penelitian UGM yang sudah bisa memobilisasi para peneliti dan dalam waktu yang singkat bisa banyak peneliti yang bisa terlibat,” ucap Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, Prof. dr. Ali Gufron Mukti, M.Sc., Ph.D.
Konsorsium ini terdiri dari Lembaga Riset baik Pemerintah, Perguruan Tinggi, Swasta, hingga Industri, yang diarahkan untuk menghasilkan inovasi-inovasi yang menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia untuk melawan COVID-19 dalam bentuk produk dan pengkajian.
SK Penetapan Proposal Kegiatan yang direkomendasikan untuk pendanaan konsorsium ini diserahkan langsung oleh Ali kepada Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN Eng., pada Kamis (4/6) di Balairung UGM.
UGM meloloskan sebanyak 21 judul riset dan inovasi dari berbagai bidang yang memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan substansi yang direkomendasikan untuk diusulkan mendapatkan pendanaan. Kegiatan penelitian difokuskan pada invensi dan inovasi pada lima bidang, yaitu pencegahan, deteksi dan skrining, alat kesehatan dan pendukung, terapi, serta sosial humaniora.
Pengusulan proposal kegiatan ini sendiri dibuka kepada anggota konsorsium pada tanggal 17 Maret hingga 15 April lalu.
“Inovasi ini paling tidak memiliki tiga nilai, yaitu bisa memberikan teknologi tepat guna, memberi nilai tambah, dan memberi substitusi dari produk impor. Bapak Ibu peneliti akan membawa perubahan yang luar biasa, apa yang sebelumnya harus diimpor sekarang bisa mandiri,” paparnya.
Ali mengungkapkan, UGM telah memiliki beragam produk penelitian terkait sarana pendukung penanganan Covid-19 yang potensial untuk dikembangkan. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah produksi ventilator yang disebut paling canggih dari yang pernah diproduksi di Indonesia, meski produk tersebut masih perlu melalui proses pengujian.
Ia berharap para peneliti yang telah menerima SK dapat terus berkomitmen dan aktif untuk mengembangkan penelitian dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UGM mendorong para peneliti UGM untuk bisa menemukan ide-ide penelitian yang bermanfaat dan mampu menjawab persoalan di tengah masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Di samping itu, masing-masing peneliti serta institusi juga diharapkan dapat saling berkoordinasi dan bekerja sama untuk merencanakan suatu solusi yang utuh dan berdampak.
“Harus ada perencanaan yang baik dan utuh. Ini bisa kita lakuka ketika ada konsolidasi,” ucap Rektor.
Penulis: Gloria
Foto: Firsto