Pemerintah bersiap menjalankan skenario era normal yang baru atau new normal pada kondisi pandemi Covid-19. Sejumlah sektor akan dibuka kembali, salah satunya sektor pendidikan termasuk perguruan tinggi.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr., menyampaikan menghadapi tatanan normal baru ini, UGM telah merancang skenario kegiatan belajar mengajar di tahun ajaran baru 2020/2021 yang akan dijalankan di tengah pandemi Covid-19. Skenario ini disusun berdasarkan pada prediksi kapan corona berakhir di Indonesia dan mulai bisa menjalani hidup normal yang dirilis oleh Lembaga Biologi Molekuler Ejikman, UGM, UI, Singapore University of Technologi and Design, dan pemerintah.
Dari prediksi kelima institusi tersebut diperoleh tiga perdiksi besar yang bersifat optimistik, moderat, dan pesimistik kapan Covid-19 akan berakhir di tanah air. Prediksi optimistik memperkirakan Covid-19 mulai mereda pada bulan Mei-Juni 2020. Sedangkan prediksi moderat memperkirakan Covid-19 akan berakhir pada Juli-September 2020. Sementara prediksi pesimistik memperikrakan wabah Covid-19 baru akan berakhir pada bulan Desember 2020.
“Berangkat dari prediksi para pakar tersebut, UGM mengambil satu kebijakan yakni skenario moderat pesimistik. Menjalankan kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam darurat Covid-19 pada Juli-Desember 2020,”terangnya saat dihubungi Jumat (5/6).
Djagal menjelaskan untuk kegiatan penerimaan mahasiswa baru (PMB) dimulai pada bulan Juni 2020 secara bertahap. Beberapa jalur ujian masuk yang dibuka UGM adalah ujian tulis berbasis komputer (UTBK), International Undergraduate Program (IUP), dan ujian tulis (UTUL). Pelaksanaan UTBL dan UTUL akan dilakukan secara luring atau tatap muka yang dilaksanakan di kampus UGM. Sedangkan tes IUP dilaksanakan secara daring.
Selanjutnya kegiatan Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru (PPSMB) nantinya akan diselenggarakan secara daring pada 7-12 September 2020. Demikian pula dengan kegiatan perkuliahan juga masih akan dilakukan secara daring mulai September hingga Oktober 2020. Lalu, akan berubah menjadi sistem luring (tatap muka) pada November-Desember 2020.
“Untuk kuliah luring sifatnya untuk pendalaman karena materi sebenarnya sudah disampaikan secara daring,”jelasnya.
Djagal menyampaikan UGM menerapkan kebijakan gradual repopulation pada mahasiswa di semseter I tahun ajaran 2020/2021. Kebijakan ini mengatur mahasiswa untuk kembali menjalani kegiatan belajar mengajar di kampus secara bertahap.
“Kita mulai pada bulan Juni-Agustus 2020 membuka kampus hanya untuk mahasiswa yang menjalankan riset dan tugas akhir. Saat beraktivitas di kampus juga harus mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, cuci tangan, jaga jarak serta tidak berkerumun,” urainya.
Adapun perkiraan populasi mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan riset dan tugas akhir di kampus adalah 25 persen dari populasi mahaisswa S1, 50 persen populasi mahasiswa S2, dan 30 persen mahasiswa S3.
Djagal menekankan bahwa sebelum kembali ke UGM, mahasiswa diminta untuk melakukan tes bebas Covid-19 dari puskesmas asal mahasiswa. Surat keterangan sehat bebas Covid-19 tersebut dibawa untuk keamanan dalam perjalanan. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan berkomunikasi dengan dosen pembimbing terkait rencana pelaksanaan riset di kampus.
Setelah sampai di UGM, mahasiswa diminta untuk mengisi SSO Simaster, lalu melakukan cek kesehatan di klinik GMC, mendaftar ke Asem Kranji, dan mendaftar masuk ke laboratorium departemen atau fakultas.
“Jika riset dan tugas akhir belum selesai, mahasiswa bisa melanjutkan menjalaninya di kampus pada semester selanjutnya,” ujarnya.
Memulai tahun ajaran baru di Bulan September-Oktober 2020 perkuliahan masih dilakukan secara daring. Pengampu kuliah daring dilakukan oleh dosen senior dan dosen junior. Selanjutnya, pada awal November 2020, baik mahasiswa lama maupun baru diijinkan masuk kampus untuk menjalani kuliah luring dengan membawa SK Bebas Covid-19. Lalu, saat tiba di kampus mengisi SSO Simaster, melakukan cek kesehatan di klinik GMC, mendaftar ke Asem Kranji, dan mendaftar masuk ke laboratorium departemen atau fakultas.
Djagal menyebutkan untuk pengampu kuliah secara luring dilakukan oleh dosen junior. Sementara dosen senior diutamakan mengisi kuliah daring karena memiliki kerentanan tinggi akan infeksi Covid-19. Kuliah luring nantinya akan diselenggarakan dengan mematuhi protokol kesehatan dan dilaksanakan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan kuliah saat tidak ada wabah.
“Jadi, di bulan November-Desember 2020 diperkirakan populasi mahasiswa yang menjalani riset, tugas akhir, dan kuliah luring sebanyak 100 persen dari populasi baik untuk mahasiswa S1, S2, maupun S3,” paparnya.
Ketua Satgas Covid-19 UGM, Dr. dr Rusatmadji, M.Kes., mengatakan dalam rangka menyambut kedatangan mahasiswa kembali belajar di kampus, UGM telah menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung pencegahan penyebaran Covid-19. Diantaranya menyediakan tempat cuci tangan di lingkungan kampus, pemasangan baner, petugas yang terus menyosialisasikan untuk jaga jarak dan lainnya.
“Kita akan lakukan asesemen bersama fakultas untuk mempersiapkan kuliah luring November mendatang. Kita kaji apa saja yang perlu dilakukan dan dibutuhkan agar kuliah luring berjalan sesuai protokol kesehatan,”jelasnya.
Sementara dari sisi kesehatan, UGM juga mendukung upaya pelaksanaan rapid tes melalui klinik kampus GMC. Rapid tes ini diperuntukan bagi mahasiswa yang memiliki gejala Covid-19.
Penulis: Ika
Foto: Firsto