UGM melalui UGM STP, Innovative Academy, PT Gama Inovasi Berdikari (GIB), dan Swaragama menggelar acara bertajuk “RISE! 1.0| 101 Business: Learning to Unlearn”. Acara ini berkonsep bincang-bincang dengan mengundang pembicara yang kompeten dari berbagai bidang setiap minggunya. Acara ini diselenggarakan secara daring melalui platform Zoom dan juga disiarkan secara langsung di saluran Youtube Swaragama FM Jogja.
RISE merupakan sebuah singkatan dari Resilience, Integrity, Scale Up, dan Entrepreneural Mindset. Keempatnya merupakan sebuah filosofi yang ingin dibangun melalui acara ini kepada para pesertanya, yakni para pelaku usaha atau entrepreneur, maupun yang baru mau merintisnya.
Sementara Learning to Unlearn berarti berkeinginan untuk meninggalkan pola pikir lama yang sekiranya sudah tidak relevan untuk digunakan lagi. Hal ini sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkan sebagai dampak dari pandemi Covid-19 dan menuju pelaksanaan normal baru. Untuk menyambut normal baru, para pelaku usaha dan entrepreneur perlu meninggalkan pola pikir lama yang biasa mereka gunakan serta mulai memproduksi ide-ide baru yang lebih relevan dengan kondisi sekarang.
Gelaran pertamanya pada Rabu (9/6) malam lalu, Muh. Sahli diundang sebagai narasumber. Ia adalah pemimpin PT Reska Multi Usaha (RMU), anak perusahaan PT KAI (Persero). Ia diundang karena mempertimbangkan tema yang diangkat pada malam itu, yakni “Becoming A Game Changer: Fostering Creativity and Innovation in Business”.
Sahli menceritakan bahwa perusahaannya membawahi lebih dari 14.000 karyawan di seluruh Indonesia. Akibat munculnya, pandemi Covid-19, usaha utama mereka sebagai penyedia jasa kuliner di kereta dan stasiun, terpaksa harus tutup. Kendati beberapa usaha di luar stasiun masih buka, salah satunya, Loko Coffe Shop Malioboro, tapi tetap saja pendapatannya menurun drastis karena dampak pandemi.
Meskipun demikian, hal ini tidak lantas membuat Sahli beserta rekan-rekannya menyerah. Bahkan, ia menyatakan pihaknya tidak akan melakukan PHK terhadap karyawannya. Akhirnya, setelah berunding dan berpikir keras, mucullah ide untuk shifting ke daring. Platform daring tersebut mereka sebut sebagai Lokomart Online. “Kami memiliki WA Center, Chatbot Tere (Teman Reska), Aplikasi Lokomart, serta situs lokomart.id. Rencananya kami akan membuat marketplace Lokomart.
Sahli menyatakan tidak mudah untuk berpindah ke daring. Hal itu karena banyak dari karyawan mereka yang berusia lebih dari 45 tahun dan biasanya bertugas untuk bersih-bersih di kereta. Untuk itu, ia menyebut perlu usaha lebih untuk melatih mereka agar dapat mengoperasikan pelayanan secara daring ini.
Menanggapi kabar akan diterapkannya normal baru oleh pemerintah, Sahli menyebut bahwa pihaknya telah bersiap. Ia mengungkapkan pihaknya siap untuk beroperasi kembali di kereta dan stasiun jika sudah dibuka. Ia juga menyebut pihaknya telah siap mengikuti protokol keamanan kesehatan, seperti pemakaian masker, face shield, serta sarung tangan.
Ketika ditanya mengenai kelanjutan Lokomart Online, Sahli menyebut platform tersebut akan tetap dipertahankan walaupun pandemi telah usai. “Platform tersebut juga merupakan upaya kami untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi sekarang. Jadi, Lokomart Online akan terus kami kembangkan,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Paripurna, SH., M.Hum., LL.M., Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset UGM, menyambut baik program RISE 1.0 ini. “UGM tidak mau menjadi pengekor. Kita inginnya menjadi leader atau trendsetter dan untuk itu kita harus mau berfikir out of the box. Untuk itu, kita mendorong mahasiswa menantang masa depan mereka. Kita ingin sebanyak mungkin melahirkan entrepreneur-entrepreneur baru dari mereka. Dengan demikian, kita bisa lebih berkontribusi untuk perkembangan bangsa ini,” pungkasnya.
Penulis: Hakam