Pemerintah Indonesia sejak beberapa minggu lalu mulai mengampanyekan tatanan baru yang disebut kenormalan baru atau new normal. Tatanan baru ini menggambarkan realitas dan relasi yang berubah secara fundamental sehingga norma-norma lama tidak lagi bisa menjadi rujukan efektif.
Menurut dosen FIB UGM, Dr. Achmad Munjid, hantaman krisis wabah Covid-19 menyingkap selubung konstruksi sosial, dan upaya bersama mengatasi krisis akan menentukan bagaimana konstruksi sosial pasca pandemi. Dalam kondisi tersebut, gotong royong menurutnya menjadi salah satu strategi yang efektif dalam menghadapi pandemi.
“Gotong royong sebagai modal, sebagai spirit, alat yang perlu dimanfaatkan untuk melawan Covid-19 secara struktural dan secara efektif,” ucapnya, Jumat (12/6).
Ia memaparkan, apa yang akan terjadi setelah pandemi dibangun dari apa yang ada sekarang. Pandemi Covid-19 masih akan mebawa berbagai dampak bagi masyarakat, sehingga perlu dilakukan antisipasi secara bersama.
Setiap individu, terangnya, hidup dalam masyarakat dan komunitas yang terikat oleh dua macam ikatan, yaitu ikatan yang longgar dan ikatan yang kuat. Ikatan yang kuat merupakan ikatan di antara keluarga, tetangga, ataupun teman sejawat, sementara ikatan jaringan yang longgar terbangun di antara kenalan.
Kedua macam ikatan ini masing-masing memiliki keunggulan. Ikatan erat memungkinkan timbulnya kepercayaan serta gerak yang cepat dan intensif, sementara ikatan longgar memiliki jangkauan yang jauh dan luas. Untuk itu, persebaran informasi, pengetahuan, peluang, inovasi, serta kepemimpinan akan berjalan dengan efektif jika memanfaatkan dua model ikatan tersebut.
“Covid-19 menyebar dengan luas dan cepat karena bekerja menurut prinsip jejaring. Untuk melawan Covid-19, kita juga harus menggunakan gotong royong sebagai jejaring, bekerja sebagaimana Covid-19 bekerja,” jelasnya.
Hal ini ia paparkan dalam Webinar “Tata Kehidupan Jejaring (Gotong Royong dan Empati) dalam menghadapi Covid-19” yang digelar Dewan Guru Besar UGM. Selain Achmad, pembicara yang dihadirkan dalam Webinar ini adalah Gubernur Jawa Tengah Gandjar Pranowo serta Deputi Menteri Bidang Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Prof. Dr. R. Agus Sartono, MBA.
Agus Sartono menggambarkan kondisi nasional akibat pandemi Covid-19 di saat pertumbuhan ekonomi melambat akibat produktivitas rendah, angka pengangguran naik dengan 2,92 – 5,23 juta pengangguran baru di tahun 2020, dan jumlah orang miskin bertambah sebesar 1,16 – 3,78 juta.
Tantangan akibat pandemi juga muncul di bidang pendidikan karena pembelajaran dari rumah secara jarak jauh menghadapi sejumlah kendala, di antaranya karena tidak semua orang tua mempunyai akses ke pembelajaran daring.
Sejalan dengan persiapan menuju kenormalan baru, Kementerian Kebudayaan menurutnya telah menetapkan skenario menuju kenormalan baru dalam pembukaan satuan pendidikan dengan tetap memperhatikan perlindungan bagi para siswa.
“Pemerintah ingin benar-benar melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa,” kata Agus.
Penulis: Gloria
Foto: katadata.co.id