![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/1206201591935221229386527.jpg)
Pusat Inovasi dan Kajian Akademik UGM kembali menggelar seri UGM Talks ke-9 pada Minggu (14/6) siang. Seri kali ini berjudul “Sinergi UGM dan Kagama” dengan tema “Mempersiapkan Normal Baru Pengalaman Negara Lain”. Acara digelar secara daring melalui platform Zoom dan disiarkan secara langsung dari saluran Youtube UGM Channel.
Tajuk tersebut diangkat karena ingin memperdalam sinergi antara Kagama sebagai komunitas bagi alumni UGM dengan tempat mereka mengenyam perkuliahannya. Prof. Dr. Paripurna, SH., M.Hum., LL.M., Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM, mengatakan meski hubungan antara keduanya selalu rekat selama ini, tetapi untuk menghadapi pandemi Covid-19 ini perlu semakin direkatkan lagi. Oleh karena itu, ia bersyukur diselengarakannya acara tersebut.
“Hati saya maknyes ketika diundang ke acara ini. Kegiatan diskusi yang konstruktif dan positif semacam ini perlu semakin banyak digelar,” ujarnya.
Sementara untuk mengupas tema acara, beberapa pembicara dihadirkan. Mereka adalah Drs. T.B.H. Witjaksono Adji, MALD. (Wakil Dubes RI di Wina, Austria), Hariyana Soetarto, SH. (Minister Counselor Kedutaan RI di Vietnam), serta Theodorus Satrio Nugroho, MRI. (Minister Counselor KBRI di Washington DC). Ketiga alumni UGM ini dihadirkan untuk menceritakan kondisi masing-masing negara selama Covid-19. Selain itu, mereka utamanya menceritakan langkah dan strategi yang diambil negara-negara tersebut dalam mempersiapkan normal baru.
Selain ketiga pembicara, Menteri Luar Negeri RI, Retno Lestari Priansari Marsudi, S.I.P., LL.M., hadir pula sebagai pembicara kunci acara ini. Ia memaparkan bahwa setiap negara di seluruh dunia, termasuk negara-negara besar dan kaya dengan sistem kesehatan mapan tidak dapat menjamin penakanan angka kenaikan pandemi.
“Dari angka 10 besar negara dengan kasus positif Covid-19 terbanyak, 7 di antaranya merupakan negara yang tergabung di G20. Negara-negara yang tergabung memiliki perekonomian terbesar di dunia. Hal ini membuktikan bahwa negara dengan kekayaan moneter tinggi, yang berarti kualitas kehidupan dan sistem kesehatan tinggipun tidak dapat membendung laju pandemi,” ujarnya.
Selain itu, Retno juga menyampaikan dampak ekonomi juga sangat dirasakan oleh negara-negara lain di dunia. Ia menyatakan hanya 3 negara G20 yang tetap mengalami pertumbuhan positif, yakni Amerika Serikat, Australia, dan Indonesia. Namun, ketiga negara ini masih mengalami penurunan jika dibandingkan dengan sebelum pandemi. Jadi bisa dibilang tidak ada negara yang tidak mengalami penurunan dari segi ekonomi akibat dari pandemi ini.
“Menurut data dari Bank Dunia, sekitar 71 juta orang di dunia sekarang berada dalam garis kemiskinan ekstrem akibat pandemi. Jika hal tersebut tidak dihentikan, maka angka ini bisa menyentuh 100 juta. Sementara berdasarkan UNU-WIDER, angka tersebut bisa mencapai 395 juta orang yang akan berada di garis kemiskinan ekstrem. Dan akan ada 1,2 miliiar orang yang akan berpenghasilan kurang dari 1,9 USD perharinya,” ungkapnya.
Retno menambahkan data tersebut tidak termasuk dampak sosial seperti depresi, putus asa, serta kekhawatiran masyarakat di dunia. Dengan demikian, ia menyebut untuk mempersiapkan normal baru, tiap negara perlu memikirkan strategi yang sesuai konteks negaranya. Tujuannya tidak hanya untuk memulihkan ekonomi semata, tapi juga memikirkan agar tetap sehat dan aman.
“Kini pemerintah sedang menerapkan Covid-19 Safe Productive Society dengan sangat hati-hati. Kadang banyak pihak menghilangkan ‘safe’ dan hanya melihat produktif ekonominya saja. Kita inginnya agar negara sehat dan produktif. Bahkan jika nantinya ketika perekonomian kembali dibuka, tetapi angka kenaikan kasus meningkat, maka bisa jadi perekonomian ditutup kembali,” ungkapnya.
Sebelum menutup pemaparannya, Retno berpesan hal yang penting dilakukan oleh masyarakat adalah menyuntikkan terus energi positif, menggalang persatuan, serta terus menghormati dan menerapkan protokol kesehatan ketika nanti normal baru diterapkan. “Dengan bersatu, kita akan dapat memenangkan peperangan melawan Covid-19 serta krisis ekonomi ini,” ajaknya.
Ganjar Pranowo, Ketua Umum PP Kagama, yang juga hadir sebagai pembicara kunci, menyetujui ajakan dari Retno itu. Oleh karenanya, ia mengapresiasi juga perjuangan yang telah dilakukan teman-teman di UGM dan Kagama di seluruh dunia dalam membantu penanganan Covid-19. “Kita jangan sampai merasa buntu dan tersesat, sebaliknya mari bersama kita membantu dan berbagi. Sebarkan terus narasi positif dan semangat dalam pandemi ini,” pungkasnya.
Penulis: Hakam