Dua dosen UGM, Dr. Ahmad Agus Setiawan, dan Dr. Himawan Tri Bayu Murti Petrus, terpilih sebagai ASEAN Science Diplomat 2020. ASEAN Science Diplomat merupakan jaringan ilmuwan muda ASEAN yang mengemban tugas dalam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di regional Asia Tenggara.
“ASEAN Science Diplomat ini diharapkan dapat bersuara sebagai duta untuk pembangunan dan perkembangan ilmu pengetahuan di negaranya masing-masing,” ucap Ahmad Agus Setiawan, Senin (15/6).
Sains dan teknologi, terangnya, berperan penting dalam menentukan masa depan pembangunan regional. Meski demikian, di beberapa negara bidang-bidang sains sering kali dikesampingkan karena perhatian lebih banyak ditujukan kepada bidang sosial dan politik.
Ia mengungkapkan, setiap negara memerlukan figur ilmuwan yang berperan sebagai role model bagi generasi muda, layaknya Habibie yang dianggap sebagai bapak teknologi di Indonesia. Oleh karena itu, pemilihan ASEAN Science Diplomat yang berusia di bawah 45 tahun ini menjadi salah satu langkah untuk mencari potensi ilmuwan di tingkat ASEAN.
“Jaringan ini juga berfungsi sebagai wadah untuk membina pemahaman yang erat antarilmuwan di negara-negara ASEAN. Di Asia Tenggara banyak sekali ilmuwan yang andal, hanya diperlukan wadah untuk membangun diskusi yang lebih cair dan fleksibel,” kata Ahmad.
Dosen di Departemen Teknik Nuklir & Teknik Fisika UGM ini dikenal sebagai peneliti di bidang teknik energi terbarukan. Sebelumnya ia juga pernah menerima sejumlah penghargaan, di antaranya ASEAN Science and Technology Fellowship Priority Area Sustainable Energy serta Energy Globe Award 2012 dan Energy Globe Ambassador 2013 dari Energy Globe Foundation, Austria.
Dosen UGM lainnya yang terpilih sebagai ASEAN Science Diplomat adalah Himawan Petrus, dosen Teknik Kimia yang sebelumnya pernah menerima ASEAN-US Fellow for Science and Technology.
ASEAN Science Diplomat terpilih melalui proses seleksi oleh panel juri. Pada tahun ini, terdapat 365 peneliti yang mengikuti seleksi, dan 14 peneliti yang kemudian terpilih sebagai Outstanding Diplomat. Pengumuman diplomat terpilih dilakukan Sabtu (13/6) secara daring.
Keempat belas ilmuwan ini akan mengambil bagian dalam ASEAN Science Diplomat Assembly yang digelar setiap tahun sebagai ajang yang memfasilitasi diskusi antara ilmuwan dan pembuat kebijakan terkait program serta prioritas riset mereka. Pertemuan ini dijadwalkan untuk diselanggarakan pada Juni tahun ini, namun akhirnya ditunda akibat pandemi Covid-19.
Ketua tim penilai, Ria Persad, menuturkan kandidat diplomat tahun ini memiliki latar belakang penelitian yang kuat serta beragam prestasi. Proses penilaian, terangnya, difokuskan pada tiga kriteria utama, yaitu potensi untuk menjembatani kepakaran mereka dengan para pembuat kebijakan, visi untuk kolaborasi dengan peneliti di negara-negara ASEAN, serta kemampuan komunikasi dan diplomasi.
“Kami sangat senang dengan representasi dari para kandidat. Ini menunjukkan bahwa ilmuwan ASEAN sebenarnya sama unggulnya dengan ilmuwan dari bagian dunia lainnya, bahkan bisa lebih unggul,” ucapnya.
Penulis: Gloria