Deksametason kembali membuat gempar dunia setelah para peneliti di Inggris mengumumkan adanya kesembuhan pasien Covid-19 yang diberikan terapi standar Covid-19 ditambah dengan pemberian Deksametason dosis rendah hingga sedang (6 mg/hari) selama 10 hari. Pasien yang mengalami kesembuhan sebanyak 2.100 adalah pasien Covid-19 dan mendapatkan terapi oksigen atau menggunakan ventilator (pasien Covid-19 berat atau kritis).
Situs majalah Nature menyebut Deksametason tidak akan berefek jika diberikan pada pasien Covid-19 ringan. Soal penggunaan kortikosteroid lain sesungguhnya juga sudah biasa digunakan pada Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) oleh para klinisi, meskipun bukan Deksametason. Kortikosteroid yang digunakan adalah metil prednisolone (MP) 2 mg/kg selama 32 hari atau hidrokortison injeksi 100 mg/24 jam selama minimal 3 hari.
Apoteker Ika Puspitasari, M.Si., Ph.D, yang juga dosen Fakultas Farmasi UGM mengatakan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan salah satu manifestasi infeksi Covid-19 pada tahap berat hingga kritis sehingga pasien memerlukan terapi oksigen bahkan ventilator. Penggunaan kortikosteroid apakah metil prednisolon, hidrokortison ataupun deksametason harus digunakan di bawah pengawasan dokter secara ketat mengingat efek samping yang ditimbulkan sangat berbahaya.
Menurutnya, Deksametason adalah obat keras golongan kortikosteroid yang telah lama dipergunakan untuk penanganan alergi serta penyakit autoimun seperti rematik dan Lupus Eritematosus Sistemik (LES), kanker, nyeri dan mual muntah paska operasi, penyakit insufisiensi adrenal (Addison’s disease), serta penyakit Cushing. Selain itu, Deksametason memiliki efek anti radang yang sangat kuat karena mampu menghambat enzim fosfolipase yang berperan dalam terjadinya radang, serta menghambat pelepasan vasoaktif dan faktor kemoatraktif serta factor lain yang berperan dalam peradangan yaitu interleukin (IL-1, IL-2, IL-3, IL-6) dan TNF-α.
“Deksametason juga sering disalahgunakan yaitu ditambahkan pada jamu tradisional untuk pegal linu tanpa memperhitungkan dosis deksametason yang ditambahkan sehingga dikenal oleh masyarakat sebagai jamu pegal linu yang manjur. Jamu seperti ini merupakan jamu yang illegal karena membahayakan masyarakat dan dilarang diperjualbelikan,” jelasnya, di Kampus UGM, Senin (22/6).
Ika menjelaskan tinjauan nasib obat dalam tubuh menunjukan kortikosteroid bertahan lama di dalam tubuh, khusus Deksametason jauh lebih lama yaitu hingga 54 jam. Oleh karena itu, penggunaan Deksametason harus dalam pemantauan dokter mengingat efek samping yang terjadi sangat berbahaya.
Efek samping yang terjadi pada pemakain Deksametason terjadi akibat dari efek yang dimiliki, yaitu efek metabolic dan katabolic pada tulang, otot, jaringan ikat, saraf, saluran pencernaan, pertumbuhan dan paru-paru,” ucapnya.
Ada efek samping cukup serius yang sering dialami pengguna kortikosteroid termasuk Deksametason jika dipakai dalam jangka panjang atau dosis yang besar. Diantaranya sistem organ, tulang mengalami pengeroposan dan gangguan otot. Saluran pencernaan seperti radang lambung, radang pangkreas, dan perlemakan hati.
Selain itu, dapat berakibat pula pada penurunan fungsi imun, hipertensi, gangguan irama jantung, penumpukan plak di jantung, glukoma dan katarak. Juga berefek pada tumbuhnya banyak bulu, atrofi kulit, jerawatan, penumpukan jaringan lemak di bahu dan wajah, diabetes, peningkatan berat badan, gangguan hormon reproduksi, sulit tidur, gangguan kejiwaan, gangguan ingatan dan emosi.
Mengingat efek samping yang sangat berbahaya, kata Ika, penggunaan Deksametason harus diawasi secara ketat oleh dokter. Masyarakat diimbau jangan membeli Deksametason tanpa resep dokter, sebagaimana saat ini Deksametason tablet maupun injeksi sudah diperjual belikan secara online melalui situs-situs belanja online.
Untuk pengobatan Covid-19, lanjutnya, Deksametason hanya diberikan pada kasus Covid-19 berat dan kritis yang dirawat di rumah sakit. Masyarakat tidak perlu ikut-ikutan mengonsumsi Deksametason jika tidak ingin mengalami efek samping yang berbahaya.
“Jika orang sehat mengonsumsi Deksametason bisa-bisa malah daya tahan tubuh turun sehingga mudah terkena infeksi apa saja termasuk Covid-19,” pungkasnya.
Penulis : Agung Nugroho