Dewan Guru Besar (DGB) UGM kembali menggelar seminar daring pada Jumat (26/6). Seminar daring kali ini bertemakan “Merdeka Belajar dan Proses Belajar Mengajar Efektif di Masa Pandemi Covid-19”. Acara ini termasuk salah satu rangkaian seminar dari DGB UGM menanggapi pandemi Covid-19.
Dua pembicara dihadirkan untuk membedah tema tersebut, yakni Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed., Ph.D. (FDGBI) dan Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. (Plt. Dirjen Dikti). Kemudian, sebagai pemantik hadir pula Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso, M.Agr., Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM.
Djagal menyatakan pemilihan tema ini menyangkut prediksi akan matinya lembaga pendidikan, utamanya perguruan tinggi. Ia menyebut penyebabnya yakni melimpahnya sumber pendidikan selain lembaga pendidikan yang tersedia, seperti internet, buku, jurnal, dan lain sebagainya. Menurutnya, hal itu dipercepat dengan kondisi pandemi sekarang ini yang memaksa para mahasiswa untuk belajar tanpa harus hadir di kampus.
Tian sepakat dampak dari Covid-19 telah menyebabkan disrupsi yang melebihi Revolusi Industri 4.0. Ia menyebut tidak ada satupun negara di dunia ini yang bidang pendidikannya tidak terdampak oleh pandemi ini. “Hanya butuh waktu 25 hari sejak pengumuman pasien positif pertama di Indonesia untuk mampu memaksa 834 perguruan tinggi di Indonesia hijrah ke daring,” ungkap mantan Rektor Universitas Terbuka ini.
Akibarnya, banyak perguruan tinggi merasa tidak siap dengan kepindahan tersebut. Para dosen tidak siap karena silabusnya disusun untuk perkuliahan tatap muka, apalagi bagi pengampu jurusan saintek yang memiliki mata kuliah praktikum. Selain itu, permasalahan lain karena banyaknya dosen yang telah lanjut usia dan tidak terliterasi untuk menggunakan platform digital.
“Beberapa prinsip yang perlu diikuti dalam pembelajaran daring yakni kurikulum sesuai, inklusif, melibatkan pembelajar, pendekatan inovatif, metode efektif, evaluasi formatif dan sumatif, koheren, konsisten, transparan, perangkat yang mudah dioperasikan, serta efektif dalam biaya,” paparnya.
Hal yang perlu diperhatikan lebih dalam prinsip tersebut, menurut Tian, adalah interaksi dengan pembelajar. Ia menyebut interaksi menjadi rawan dalam pembelajaran daring karena tanpa tatap muka secara langsung.
Oleh karena itu, momen jeda semester ini dapat dimanfaatkan oleh para pengajar untuk mempersiapkan silabus yang lebih sesuai untuk pembelajaran daring. Persiapan tersebut mencakup pula penyesuaian materi dengan platform yang akan digunakan sehingga tidak ada kesulitan ketika kuliah berlangsung.
Sementara itu, Nizam mengakui Covid-19 ini menunda pelaksanaan Merdeka Belajar yang tengah dicanangkan oleh Dikti. Skema Merdeka Belajar sendiri berfokus pada mahasiswanya. “Mereka diberi kebebasan untuk mengambil sks di luar perguruan tingginya. Setiap sks diartikan sebagai jam kegiatan, bukan belajar, namun tetap di bawah bimbingan dosen tiap kegiatannya. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya memiliki kemampuan akademis semata,” terangnya.
Datangnya pandemi, menurut Nizam, membuat Dikti menyusun ulang rencana tersebut yang sesuai dengan kondisi kini. Prinsip yang ditekankan sekarang adalah untuk menjaga kesehatan dan keselamatan bagi semua warga satuan pendidikan. Tujuannya adalah agar hak belajar mahasiswa tetap terpenuhi melalui pembelajaran daring dan skema Merdeka Belajar.
“Untuk kebijakan semester gasal nanti, kami harapkan tiap perguruan tinggi berfokus pada pembelajaran daring, dari pembelajaran teori hingga wisuda. Hal itu termasuk praktikum diusahakan untuk daring. Jika tidak memungkinkan maka diusahakan untuk dipindah di akhir semester dan wajib mengikuti protokol kesehatan,” terangnya.
Lebih lanjut, Nizam menerangkan bentuk pembelajaran daring dengan skema Merdeka Belajar dapat diwujudkan dengan sinergi antar perguruan tinggi. Sinergi tersebut dapat berupa pembentukan bank materi pembelajaran bersama, proyek mandiri, proyek relawan kemanusiaan, dan penelitian bersama dosen.
“Saat ini kami telah mengajak tiap perguruan tinggi untuk bergabung dalam sinergi tersebut. Kami mengembangkan bank konten pembelajaran daring yang dihimpun dari tiap perguruan tinggi dalam platform bernama SPADA Indonesia. Kami harap UGM juga dapat bergabung dalam program ini,” ujarnya.
Terakhir, Nizam menyebut hubungan timbal balik pendidik dan peserta didik menjadi penting dalam hal ini. Namun, tujuan utamanya tetap hasilnya nanti para mahasiswa dapat menguasai tiap pengetahuan yang dipelajarinya.
“Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk menyokong pembelajaran daring dengan skema Merdeka Belajar ini. Dari infrastruktur, penyegaran dosen dan tendik, modul pembelajaran, serta prinsip pembelajaran kolaborasi tadi. Untuk itu, kami mengajak tiap elemen di perguruan tinggi agar mendukung penerapannya sehingga para mahasiswa dapat terpenuhi haknya,” pungkasnya.
Penulis: Hakam