• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Sonjo, Upaya Kemanusiaan di Tengah Pandemi Covid-19

Sonjo, Upaya Kemanusiaan di Tengah Pandemi Covid-19

  • 04 Juli 2020, 15:04 WIB
  • Oleh: Agung
  • 6322
Sonjo, Upaya Kemanusiaan di Tengah Pandemi Covid-19

Saat kondisi pandemi Covid-19 yang mulai mewabah, Rimawan Pradiptyo, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, tergerak hati untuk melakukan sesuatu. Ia tak mau berdiam diri atau sekadar bekerja dari di umah di awal-awal masa pandemi Covid-19.

Terlontar dalam benaknya membuat gerakan kemanusiaan bersama teman-temannya. Menurutnya, tidak ada negara yang siap menghadapi pandemi Covid-19, bagaimana penularan begitu cepat, sulit terobservasi mata, dan karakteristiknya yang tidak menentu.

Ia pun lantas berkeinginan membuat sebuah gerakan yang bernamakan Sambatan Jogja ( Sonjo). Sebuah gerakan kemanusiaan yang fokus pada upaya membantu masyarakat rentan dan berisiko terkena dampak penyebaran Covid-19.

“Sonjo ini gerakan menggunakan whatsapp group (WAG) sebagai media utama dalam berkoordinasi melakukan berbagai program," katanya, Sabtu (4/7).

Rimawan menjelaskan masa pandemi Covid-19 menjadikan pasar fisik mendadak menghilang. Karena work from home (WFH) dan physical distancing tidak ada pertemuan antara penjual dan pembeli.

“Pasar daring yang semula tidak ada mendadak muncul dengan adanya WAG SONJO ini. Demand dan supply pangan, demand dan supply alkes dan berbagai masalah di lapangan pun mudah dipecahkan bersama," katanya.

Melalui WAG Sonjo bisa membantu menyelesaikan berbagai masalah sekaligus mampu mempertemukan para pihak yang membutuhkan bantuan dan para pihak yang ingin menyalurkan bantuan. Disini tidak ada uang sama sekali, bahkan ada larangan memasang iklan atau apapun yang mencantumkan nomor rekening. 

Demand di sini meliputi rumah sakit, tenaga kesehatan, LSM, akademisi, pengusaha, kelompok masyarakat dan lain-lain. Sementara supply yakni akademisi, pengusaha, LSM, UMKM, kelompok masyarakat, LAZ, BUMN, BUMD, dan lain-lain.

“Dalam Sonjo terjadi interaksi antara demand dan supply, masalah pun bisa diatasi. Sebenarnya ini upaya menciptakan pasar tapi pasar bantuan dan yang mau dibantu. Misal ada yang memerlukan bantuan APD kemudian ditanggapi di grup, belum lama ini ada pihak dari Australia menawarkan bantuan ventilator, saya tawarkan di grup ternyata langsung direspons," ucapnya.

Rimawan mengaku tidak memiliki program yang muluk-muluk ketika mendirikan Sonjo. Baginya yang terpenting tiap hari ada target berupa perubahan kecil yang bisa dilakukan agar bisa membantu masyarakat untuk bertahan hidup.

“Jangan pernah berhenti, setiap kali kita bisa melakukan perubahan kecil di akhir hari harus kita syukuri, lalu tidur, dan keesokan harinya kita mencoba lagi melakukan perubahan kecil entah membantu menyalurkan alat kesehatan dan lain-lain," terangnya.  

Meski pemerintah telah menganggarkan 405 triliun rupiah untuk menanggulangi Covid-19 beserta upaya pemulihannya, tetapi perang melawan Covid-19 tidak bisa diserahkan seluruhnya sebagai tanggung jawab pemerintah. Seluruh elemen masyarakat harus bekerja sama dengan pemerintah, baik di pusat dan di daerah, untuk menanggulangi dampak pandemi ini.

“Sonjo berdiri 24 Maret 2020 berkembang sangat cepat. Pada tanggal 17 April 2020 sudah terbentuk 7 WAG yang fokus pada bidang tertentu, kemudian tanggal 22 Juni 2020 terbentuk lagi 2 WAG, total menjadi 9 grup dan anggota mencapai 500 lebih yang fokus di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain," paparnya.

Kesembilan WAG yang dibuat tentu sesuai dengan tema masing-masing. Pertama, Sonjo headquarter (HQ). Di grup ini menampung semua anggota grub Sonjo. Kedua ada Sonjo Database. Grup ini merupakan pusat admin dan database untuk mendukung gerakan Sonjo.

"Data base demand dan supply mengidentifikasi masalah dan diskusi di WAG dibuat catatan yang di-update setiap malam. Mengisi form di Google sheet untuk mengidentifikasi berbagai program kegiatan para pihak dan kebutuhan terhadap bantuan dari para pihak," ujarnya.

Ketiga ada Sonjo Pangan. Di grup ini fokus pada upaya mengatasi masalah pemenuhan atau kebutuhan pangan di DIY. Utamanya mempertemukan semisal dari UMKM.

Keempat Sonjo Inovasi, grup ini fokus pada upaya membangun prototipe alkes yang sebelumnya harus diimpor agar bisa diproduksi di dalam negeri. Dalam grup ini berkumpul mereka yang berasal dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Farmasi, Teknik dan MIPA untuk bersatu lalu kemudian memikirkan alat apa yang harus diproduksi sehingga dibuat inovasinya dalam jangka pendek.

“Grub Sonjo Inovasi lebih banyak pada kebutuhan alkes yang diperlukan untuk dibuatkan prototipe dan juga temuan teknologi apa yang sudah ada di UGM. Ini ada orang yang mengoordinasikan para tukang jahit di rumah, buat APD, bahkan para inovator di UGM juga ikut. Ada yang membuat head shield dan lain-lain," ungkapnya.

Kelima ada Sonjo Legawa, grup ini fokus mengorganisasi lembaga-lembaga sosial untuk mengoptimalkan penyaluran bantuan kemanusiaan. Di sini merupakan kumpulan dari lembaga- lembaga kemanusiaan.

“Bukan untuk menggalang dana, kita tidak menyalurkan, hanya kalau ada yang menyalurkan mohon untuk bisa menjelaskan telah disalurkan kemana saja, kapan dan kepada siapa saja bentuknya apa sehingga jangan sampai terjadi tumpang tindih, jangan sampai  tidak merata. Sementara grup yang relatif baru Sonjo Media dan Sonjo Pembelajaran," jelasnya.

Rimawan berpendapat Sonjo idealnya diterapkan pada lingkungan yang terbatas atau lingkup kecil seperti rukun warga (RW), kampung, kecamatan, kabupaten atau beberapa kabupaten, semisal seperti di DIY. DIY ideal untuk Sonjo karena hanya terdiri dari 5 kabupaten, sementara untuk lebih luas lagi maka koordinasi di Sonjo akan jauh lebih kompleks.

“Jika di satu RW ada 150-200 KK, pastilah ada demand dan supply untuk berbagai keperluan sehari-hari. Idealnya seperti itu, meski begitu Sonjo ini bisa dibuat di daerah lain di luar DIY sesuai karakter masing-masing," imbuhnya.

Sekali lagi, Rimawan menegaskan bahwa Sonjo ada untuk membantu kelompok rentan sekaligus untuk menghindari tumpang tindih bantuan, semisal soal sembako dan alkes yang kadang muncul.

“Maka diskusi-diskusi sering mengarah pada inovasi alkes. Database Pangan atau saat ramadan kemarin dengan cara ngabuburit kemudian ada Etalase Pasar Sonjo (EPS) yang  membantu siapa saja yang akan menawarkan barang, kelompok ini semakin luas dan terbuka untuk semua UMK dan kelompok difabel," tandasnya.

Penulis  : Agung Nugroho
Foto: Pikiran-rakyat.com

Berita Terkait

  • Sonjo, Upaya Kemanusiaan di Tengah Pandemi Covid-19

    Saturday,04 July 2020 - 15:04
  • Sustainable Movements Ala Sonjo

    Wednesday,21 April 2021 - 22:51
  • Gubernur Ganjar Minta Mahasiswa KKN UGM Bantu Pulihkan Dampak Pandemi

    Friday,05 February 2021 - 14:01
  • Gotong Royong Atasi Pandemi Covid-19

    Tuesday,27 July 2021 - 18:07
  • UGM Terima Bantuan APD Dompet Kemanusiaan Media Group

    Friday,03 July 2020 - 15:28

Rilis Berita

  • UGM Terlibat Aktif Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Tengah 03 February 2023
    Stunting masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Data Asian Development Bank mencatat ang
    Ika
  • Pimpinan UGM Tandatangani Komitmen Bersama Implementasi Manajemen Risiko 03 February 2023
    Penandatanganan Komitmen Bersama dilakukan oleh Majelis Wali Amanat, Rektor, Sena
    Gloria
  • Forgamas Dekatkan UGM Kepada Siswa Kelas XII di Banyumas 03 February 2023
    Forum Mahasiswa Gadjah Mada Banyumas (Formagamas) merupakan perkumpulan mahasiswa UGM se-Kabupate
    Agung
  • Fakultas Geografi UGM Dampingi Penyusunan Rencana Strategis Kabupaten Sukamara Kalteng 02 February 2023
    Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menye
    Humas UGM
  • Pakar UGM: Lansia dan Warga Miskin DIY Perlu Mendapat Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial 02 February 2023
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, berencana memberikan ban
    Gusti

Agenda

  • 07Feb Dies Natalis Fakultas Hukum UGM...
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual