Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat sempat dihebohkan dengan sejumlah pemberitaan terkait kemunculan virus G-4 yang disebut berpotensi menjadi pandemi baru.
Peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof. Dr. drh. Michael Haryadi Wibowo, M.P., menyebut belum ada orang yang terbukti terinfeksi virus ini. Meski demikian, menurutnya, sejumlah langkah kewaspadaan perlu mulai diambil, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas riset dan sarana diagnostik influenza.
“Potensi penyebaran ke Indonesia tentu ada, tetapi sampai saat ini belum ada bukti virus tersebut ditemukan di Indonesia. Namun demikian, perlu ada kewaspadaan dan perhatian terhadap virus baru tersebut,” ucapnya.
Ia menerangkan, belum ada bukti penularan dari babi ke manusia atau bahkan manusia ke manusia. Yang dilaporkan adalah seroprevalensi pekerja peternakan babi yang secara serologis positif mempunyai antibodi terhadap virus G-4 H1N1-EA di China, tetapi tidak ada deskripsi adanya gejala klinis pada orang yang diambil sampelnya.
“Data serologis tersebut menunjukkan adanya indikasi paparan virus tersebut, tetapi bukan menunjukkan adanya infeksi,” imbuh Haryadi.
Virus H1N1, terangnya, sebenarnya sudah lama bersirkulasi pada babi, avian, dan manusia, tetapi virus G-4H1N1 EA ini mempunyai strukur genetik yang berbeda dari yang sudah ada. Virus G-4 membawa materi genetik dari 3 jenis virus, yaitu virus H1N1 pandemi 09, virus avian (Eurasian Avian Like Virus) dan virus H1N1 North American Triple Reassorment.
Target infeksi virus tersebut adalah saluran respirasi dan paru, oleh karena itu penyebaran utamanya melalui droplet pernafasan.
Virus ini menjadi perhatian dan dianggap mempunyai potensi menular ke manusia karena secara in vitro dapat berikatan dengan reseptor asam sialat alpha 2,6 yang merupakan reseptor virus influenza pada manusia.
Namun demikian, imbuhnya, kemungkinan perkembangan menjadi pandemi tidak bisa dinilai dari faktor ini saja.
“Untuk menjadi pandemi tidak dapat hanya berdasarkan kemampuan berkaitan dengan reseptor sel inang saja, tetapi harus didukung kerja sama genetik virus tersebut secara baik, sehingga terjadi efisiensi transmisi dan tentu virus harus mempunyai kemampuan menyebabkan sakit atau virulen,” paparnya.
Efisiensi transmisi, replikasi dan virulensi virus tersebut ditentukan peran banyak gen yang bekerja secara sinergis.
Untuk saat ini, yang dapat dilakukan menurutnya adalah langkah-langkah pencegahan seperti melakukan survelans terpadu penyakit influenza baik pada manusia, hewan babi dan ungags, serta investigasi kasus yang diduga penyakit influenza secara khusus terkait H1N1.
Di samping itu, perlu upaya mengendalikan peluang dan risiko masuknya virus G-4 H1N1-EA tersebut dengan meningkatkan peran dan kapasitas karantina hewan, juga edukasi dan informasi yang benar terkait virus G-4 H1N1-EA kepada masyarakat umum dan peternak babi pada khususnya serta membangun koordinasi yang baik dengan otoritas kesehatan masyarakat dan veteriner dalam pencegahan virus G-4 H1N1-EA.
Penulis: Gloria