Lahan gambut merupakan suatu ekosistem yang memiliki kekayaan vegetasi dan penyimpan karbon sebesar 3,5 persen yang terdapat di muka bumi. Luas lahan rawa gambut di Indonesia adalah sekitar 20,6 juta hektare dan sebagian besar terdapat di empat pulau besar, yaitu Sumatera 35 persen, Kalimantan 32 persen, Sulawesi 3 persen dan Papua 30 persen. Saat ini kondisi lahan gambut di Indonesia mengalami penurunan yang sangat cepat yaitu selama kurun waktu 10 tahun jumlah total lahan gambut Indonesia yang terdegradasi adalah sebesar 2,2 juta hektare.
Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Budiadi, mengatakan salah satu penyebab kerusakan lahan gambut tersebut adalah kebakaran lahan dan berdampak pada kerugian lingkungan dan ekonomi yang besar. Bahkan, juga berdampak pada hilangnya biodiversitas ekosistem gambut dan meningkatnya emisi gas rumah kaca. “Pengelolaan lahan gambut tanpa bakar sebagai salah satu opsi untuk mendukung revegetasi dan pertanian di lahan gambut. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga ekosistem gambut sebagai penyangga kehidupan dan pengelolaan ekosistem gambut secara berkelanjutan,” kata Budiadi dalam seminar nasional Daring yang bertajuk Pengelolaan Lahan tanpa Bakar dalam Mendukung Optimasi Revegetasi dan Pertanian Lahan Gambut, Selasa (24/7).
Untuk mendorong pengelolaan lahan gambut tanpa bakar ini menurutnya diperlukan peningkatan sosialisasi pengelolaan lahan gambut yang ramah lingkungan dan produktif agar masyarakat luas dapat memahami pentingnya menjaga kelestarian lahan gambut untuk kesehatan lingkungan di masa mendatang. “Perlu dibangun partisipasi masyarakat dalam restorasi gambut dan memberikan solusi pemanfaatan gambut yang ramah lingkungan melalui pengembangan pengetahuan dan inovasi lokal,” ujarnya.
Menurutnya, beberapa petani masih menggunakan praktik pembakaran dalam penyiapan lahannya. Oleh karena itu, meningkatkan edukasi dan kesadaran para petani dalam mengelola lahan gambut secara arif dan ramah lingkungan perlu dilakukan. Disamping itu, kegiatan inovatif penyiapan lahan tanpa bakar dan penggunaan pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan gambut baik dalam bentuk agroforestry maupun aktivitas budi daya pertanian di lahan gambut.
Seperti diketahui, seminar yang diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan UGM ini juga juga menghadirkan Dr. Ir. Suwignya Utama, MBA selaku Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRG RI yang menyampaikan tentang Alternatif Solusi Petani Gambut, Dr. Yumi Angelia dari Pusat Penyuluhan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK, yang menyampaikan materi tentang Membangun Kemandirian Petani Melalui Sekolah Lapang.
Selanjutnya, Noor Halimah selaku Kader Sekolah Lapang Desa Lampuyang, Kab. Kotawaringin Timur, Kalteng menyampaikan Suka Duka Pengalamannya Membangun Mini Demplot PLTB di Lahan Gambut. Sementara Syahroni Sp selaku Fasilitator INAGRI-Pengajar SLPG-PLTB menyampaikan materi soal Pertanian Agroekologi: Pengalaman Praktik Pendampingan Petani Berbasis Sekolah Lapang Petani.
Penulis : Gusti Grehenson