Dikatakan Nanang Indria Kurniawan MPA, bahwa desain pembangunan di Indonesia nampaknya kurang memiliki visi terhadap pemberdayaan masyarakat miskin. Bahkan dalam beberapa hal, justru muncul kebijakan yang semakin memiskinkan.
Demikian kesimpulan staf pengajar Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM saat seminar bertema “Refleksi Ideologi, Visi dan Instrumentasi Kebijakan Penanganan Kemiskinan di Indonesia: Catatan Akhir Tahun 2006â€. Sebuah seminar untuk refleksi Indonesia Akhir Tahun yang diselenggarakan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM, di ruang seminar kampus setempat, Kamis, (30/11).
Pengaruh ideologi liberalisme baru, kata Nanang, telah berkembang pesat dan cenderung menjadi ruh dalam pengambilan keputusan para pelaku kebijakan. Sementara, pada saat yang sama, kekuatan publik dan lembaga-lembaga politik lainnya belum mampu memediasi dan menegosiasikan tekanan-tekanan struktural dan tekanan ideologis kekuatan-kekuatan global.
“Akibatnya kapasitas negara untuk membangun pilihan-pilihan kebijakan lebih berorientasi pasarisme, yang menguntungkan kekuatan-kekuatan global ketimbang orang miskin di negeri ini,†ujar Nanang Kurniawan.
Tekanan global yang gagal dimediasi oleh negara, dalam pandangan Nanang, salah satunya dalam kasus pasar bebas. Bagaimana lembaga-lembaga keuangan internasional menekan pemerintah untuk mencabut subsidi BBM agar lebih bisa menyesuaikan harga pasar.
“Dampaknya cukup serius, dimana harga barang dan jasa semakin meningkat tajam, tanpa diikuti peningkatan daya beli masyarakat. Untuk kenaikan BBM Maret dan Oktober 2005 telah memacu inflasi sebesar 17,95 persen selama periode Februari 2005 – Maret 2006,†tambahnya.
Selain itu, menurutnya, kenaikan harga BBM berdampak pula pada peningkatan jumlah pengangguran. Pengangguran terbuka pada Februari 2005 sebesar 10,9 juta orang, naik menjadi 11,9 juta pada November 2005 dan turun menjadi 11, 1 juta pada Maret 2006. “Dengan logika sederhanapun, kita akan bisa mengatakan bahwa situasi semacam itu akan meningkatkan jumlah angka kemiskinan,†tandas Nanang Kurniawan. (Humas UGM).