Prof Dr drh H Bambang Sumiarto SU MSc, mengatakan zoonosis di negara berkembang belum mendapat perhatian penuh dari banyak pihak. Salah satu contoh adalah merebaknya Afian Influenza (AI) di Indonesia. Hingga saat ini tercatat 4,7 juta ayam mati karena AI sejak Agustus 2003.
“Namun penyakit tersebut sampai sekarang belum mendapat perhatian yang serius,†ujar Prof Bambang Sumiarto.
Staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan menyampaikan hal tersebut saat mengucap pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Fakultas Kedokteran Hewan UGM, hari Rabu, (6/12) di ruang Balai Senat.
Kata Prof Bambang Sumiarto, penyakit zoonotik lain, seperti TBC-bovis akhir-akhir ini juga mendapat perhatian hampir diseluruh negara, baik di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini bisa ditemukan di seluruh dunia dan memberikan pengaruhnya di bidang ekonomi, kesehatan hewan dan kesehatan manusia.
“Tubercolosis bovis disebabkan infeksi Mycobacterium bovis yang dapat menular dari hewan ke manusia. Saat ini prevalensi TBC bovis meningkat di Inggris karena peningkatan pengetahuan penyakit dan transmisinya, kegiatan kajian epidemiologik yang meningkat, serta peningkatan respon masyarakat terhadap kejadian TBC bovis,†ujar Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan & Jaminan Mutu FKH UGM mengutip pendapat Gallagher (2006).
Berhasilnya pengendalian dan pemberantasan penyakit zoonotik di Indonesia, kata dosen S2 PS Sain Veteriner Pascasarjana UGM ini, memerlukan beberapa strategi, diantaranya : (i) pendekatan antar disiplin, yang meliputi dana, sosial, kultur, dan partisipasi masyarakat, (ii) prioritas analisis epidemiologi kualitatif dan implementasinya, (iii) lembaga promosi veteriner, yang secara berkala mempromosikan masalah veteriner dan (iv) lembaga otoritas veteriner.
“Yaitu lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan tertinggi yang bersifat teknis kesehatan hewan dengan landasan kompetensi dokter,†tambah suami Hj Sri Sudjarwanti SIP.
Dalam pidato berjudul “Strategi Pengendalian dan Pemberantasan Zoonosis di Indonesiaâ€, lebih lanjut, kata Prof Bambang Sumiarto, ketidakpedulian dan kekurangwaspadaan masyarakat terhadap penyakit zoonotik ini, disebabkan ketidakmengertian mereka terhadap bahaya penyakit zoonotik. Hal tersebut, karena minimnya informasi yang diterima.
“Informasi biasanya diperoleh dari hasil kajian yang dilakukan di negara lain. Karena, kenyataan riset epidemiologi penyakit zoonotik masih jarang dilakukan di Indonesia,†tandas pria kelahiran Brebes 18 Februari 1953. (Humas UGM).