Melalui studi hegemoni terhadap cerita silat Naga Sasra dan Sabuk Inten (NSSI) dapat ditemukan struktur alur cerita silat. Alur cerita silat terbut, menurut Drs Teguh Supriyanto M Hum, berbentuk melingkar seperti spiral yang bergerak terus menerus mengikuti drive. Oleh karena, seorang pengarang mampu menciptakan serial cerita silat sampai berjilid-jilid.
Demikian disampaikan staf pengajar Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, saat mempertahankan desertasi berjudul “Hegemoni Terhadap Naga Sasra dan Sabuk Inten Karya SH Mintardjaâ€, di Sekolah Pascasarjana UGM, Rabu, (6/12).
Kata Teguh, melalui studi NSSI, orang dapat mempertanyakan kembali konsep tentang sinkretisme. Bahwa dalam masyarakat Jawa tidak ditemukan penyatuan dua unsur menjadi satu bentuk yang lain.
“Yang terjadi adalah menerima atau menguasai dua unsur yang seringkali sangat berlawanan, tetapi tidak luluh (menyatu). Pada tahap situasional, kedua unsur dapat diurai dan bila perlu salah satu unsur dapat ditinggalkan, dibuang, atau dibuat kembali,†ujar Teguh Supriyanto diakhir desertasinya.
Sekretaris S2/S3 Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unnes ini, berpendapat, bahwa melalui studi NSSI dapat melengkapi definisi sastra populer Kaplan dan Stanton. Karya sastra Kaplan dan Stanton dinilai berhenti pada persoalan bentuk, sifat dan isi cerita. Keduanya melupakan sisi pembaca.
“Bisa jadi sastra yang dikatagorikan sebagaimana Kaplan dan Stanton tidak laku ditengah masyarakat, sehingga menjadi tidak populer. Itulah sebabnya perlu dilengkapi dari sudut pandang pembaca,†tambah suami Sutji Harijanti SPd MPd, yang dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan, sekaligus menyandang gelar doktor bidang ilmu humaniora (sastra) dari UGM. (Humas UGM).