Dalam rentang waktu 1988 – 2004 proporsi pengeluaran untuk kebutuhan listrik mengalami peningkatan, minyak tanah turun dan LPG relatif tetap. Diramalkan pada tahun 2010 proporsi pengeluaran untuk listrik mencapai 85%, untuk minyak tanah 11% dan LPG 4%.
Demikian kesimpulan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka, Drs I Nengah Baskara Wisnu Tedja MSi dari desertasinya berjudul “Estimasi Permintaan Energi Sektor Rumah Tangga Indonesia 1988 – 2004â€, pada ujian doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Jum’at, (15/12).
“Telah terjadi perubahan struktur pada permintaan LPG, minyak tanah dan listrik yang dibuktikan dengan uji perubahan struktur terhadap masing-masing persamaan. Perubahan struktur permintaan yang terjadi tersebut, menyebabkan berubahnya elastisitas,†ujar Baskara Wisnu Tedja.
Dalam rentang waktu 2005 – 2010, Baskara Wisnu Tedja menyimpulkan, LPG dan listrik masih tetap kelompok barang mewah dengan elastisitas pendapatan lebih besar satu, sedangkan minyak tanah menjadi barang inferior dengan elastisitas pendapatn negatif. “LPG dan listrik merupakan barang mewah, sedangkan minyak tanah termasuk barang kebutuhan pokok dengan elastisitas pendapatan semakin kecil, cenderung menjadi inferior,†tandas Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka 1993 – 1997.
Selain itu, kata Baskara Wisnu Tedja, selama periode pengamatan rentang waktu 1988 – 2004 elastisitas harga LPG, minyak tanah dan listrik adalah negatif. Hal ini menggambarkan bahwa ketiganya merupakan barang normal. Peramalan rentang waktu 2005 – 2010 menunjukkan adanya kecenderungan minyak tanah dan LPG akan memiliki elastisitas harga sendiri yang positif. Permintaan yang positif ini, menunjukkan permintaan tidak normal, yang disebabkan permintaan berlebihan terhadap minyak tanah dan LPG oleh rumah tangga. Hasil peramalan elastisitas harga sendiri listrik bernilai negatif lebih besar dari satu (elastik).
“Secara umum, periode 1988 – 2004 LPG merupakan substitusi bagi minyak tanah. Sebaliknya, minyak tanah merupakan komplemen bagi LPG. Diramalkan tahun 2005 – 2010, LPG akan menjadi komplemen bagi minyak tanah dan minyak tanah menjadi substitusi bagi LPG,†tandas Koordinator Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi UT 1990 – 1993.
Pria kelahiran Lawang, 10 November 1958 ini, dalam ujiannya dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan, sekaligus meraih gelar doktor Bidang Ilmu Ekonomi dari UGM. (Humas UGM).