• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Perluasan Manfaat Nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta

Perluasan Manfaat Nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta

  • 03 September 2020, 08:32 WIB
  • Oleh: Agung
  • 11846
Perluasan manfaat Nyamuk ber-Wolbachia

Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM bekerja sama dengan Word Mosquito Program (WMP), Yayasan Tahija dan Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan kegiatan bersama Sains Untuk Kemanusiaan berupa Rencana Perluasan Manfaat Nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan mengingat pengembangbiakan dan penyebaran nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta diklaim mampu menekan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) cukup drastis.

Seremoni Perluasan Manfaat Nyamuk ber-Wolbachia berlangsung di Kelurahan Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta, Rabu (2/9) dihadiri Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Purwadi. Seremoni secara online yang dipandu Den Baguse Ngarso ini juga dihadiri Direktur Regional WMP Asia, Dr. Claudia Surjadjaja, Ketua Yayasan Tahija, Trihadi Saptoadi dan dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D.

Riris Andono Ahmad menyebut dari penelitian yang dilakukan menunjukkan nyamuk ber-Wolbachia efektif menurunkan 77 persen kejadian demam berdarah di daerah intervensi, dibandingkan dengan daerah pembanding. Penelitian ini dilakukan Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM sejak 2017 silam.

Penelitian dilakukan dengan cara melepaskan nyamuk Aedes Aegypti yang sudah terinfeksi bakteri Wolbachia dalam skala besar di Kota Yogyakarta. Penelitian dilakukan di daerah intervensi dibandingkan dengan daerah pembanding.

"Jadi, Yogyakarta dulu itu dibagi 24 klaster, 12 wilayah dibagi Wolbachia, 12 tidak diberi," katanya.

Menurutnya, bakteri Wolbachia memiliki kemampuan mengendalikan replikasi virus dengue. Karenanya di saat nyamuk menghisap darah yang mengandung virus dengue maka virus tidak bisa mereplikasi di dalam tubuh nyamuk.

“Implikasinya virus dengue tak dapat ditularkan ke orang lain. Disamping itu, bakteri Wolbachia menurun ke generasi berikutnya," jelasnya.

Ia menambahkan sudah ada 12 kecamatan di Yogyakarta yang disebar nyamuk ber-Wolbachia. Dengan kegiatan itu maka bertambah lagi 2 kecamatan untuk program eliminasi Aedes aegypti.

"Kemungkinan nantinya kita juga akan melakukan di Sleman," tambahnya.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, menyebut kejadian DBD di Kota Yogyakarta pada 2016 silam mencapai 1.700-an kasus. Pasca kegiatan pengendalian DBD dengan metode Wolbachia bersama Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) dan Yayasan Tahija Jakarta kasus menurun dramatis.

"Tahun kemarin hanya tinggal sekitar 200-300an, jadi turunnya drastis. Harapan kami memang kalau nanti semua wilayah di Kota Yogyakarta sudah ber-Wolbachia semua nyamuknya, Insyaallah semakin rendah (DBD)," harapnya.

Meski dengan menggunakan teknologi Wolbachia mampu menurunkan angka kasus DBD, kata Heroe, warga harus tetap menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, dan secara rutin menjalankan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) agar terbebas dari DBD dan penyakit lainnya.

Ketua Yayasan Tahija, Trihadi Saptoadi, menyampaikan rasa bangganya dan sangat bersyukur atas keberhasilan penelitian RCT.

"Ini semua dapat terwujud atas dukungan yang luar biasa dari para pemangku kepentingan dan utamanya partisipasi masyarakat Kota Jogja," katanya.

Ia menambahkan sebagai bagian tanggung jawab etis dan moral maka secepatnya pelepasan nyamuk harus dilakukan di wilayah pembanding, tentu setelah berkonsultasi dan disetujui oleh semua pihak. Pihaknya berharap penurunan yang signifikan juga akan dialami oleh wilayah ini nantinya. 

Direktur Regional WMP Asia, Claudia Surjadjaja, menyampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization-WHO) pada 2019 menyatakan bahwa DBD merupakan 1 dari 10 ancaman kesehatan di dunia karena tidak adanya intervensi yang efektif. Sedangkan pada tahun 2012 lalu WHO menargetkan pengurangan kematian karena DBD sebesar 50 persen dan pengurangan kesakitan DBD 25 persen pada tahun 2020.

“Target ini sulit dicapai karena tidak adanya vaksin yang digunakan secara luas dan pengendalian demam berdarah yang efektif," katanya.

Menurutnya, inovasi yang dikembangkan oleh World Mosquito Program (WMP) selama ini diharapkan bisa berkontribusi dalam pencapaian target pengurangan kematian dan kesakitan karena demam berdarah tersebut.

“Saat ini WMP beroperasi di 12 negara, yaitu Indonesia, India, Srilanka, Vietnam, Brazil, Colombia, Mexico, Australia, Fiji, Vanuatu, Kiribati, dan New Caledonia. Ke depan, kami akan terus mengembangkan kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat khususnya di daerah endemik DBD, untuk bersama-sama melawan DBD,” tambah Claudia.

Penulis : Agung Nugroho
Foto : WowKeren.com

Berita Terkait

  • Waspada DBD Saat Musim Penghujan

    Wednesday,18 November 2020 - 15:36
  • Kenduri Warga Menandai Pelepasan Wolbachia Tahap Dua

    Friday,24 March 2017 - 13:43
  • Perluasan Manfaat Nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta

    Thursday,03 September 2020 - 8:32
  • WMP Yogyakarta Tarik 21 Ribu Ember Nyamuk Wolbachia

    Tuesday,01 February 2022 - 16:34
  • Komisi IX DPR RI Dukung Implementasi Inovasi Teknologi dari UGM

    Monday,13 September 2021 - 6:43

Rilis Berita

  • Fakultas Geografi UGM Dampingi Penyusunan Rencana Strategis Kabupaten Sukamara Kalteng 02 February 2023
    Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menye
    Humas UGM
  • Pakar UGM: Lansia dan Warga Miskin DIY Perlu Mendapat Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial 02 February 2023
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, berencana memberikan ban
    Gusti
  • Kembali ke Kampus, UGM Harap Geliat Wisata Religi Tanara Serang Terus Menguat 02 February 2023
    Tim mahasiswa Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Unit Serang, Bant
    Ika
  • 2023 Asian Conference on Fish Models for Disease Berakhir, Herman Spaink Ungkap Harapannya agar Penelitian Tetap Berkelanjutan 02 February 2023
    Perkembangan bidang studi biologi menjadi kontributor besar bagi dunia kesehatan, khususnya dalam
    Satria
  • SDG's Series #85: Strategi Pencapaian Pembangunan Berkelanjutan Melalui Perencanaan Pembangunan Daerah 02 February 2023
    Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, UGM telah menyelenggarakan Sustainable Develo
    Satria

Agenda

  • 07Feb Dies Natalis Fakultas Hukum UGM...
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual