Hingga saat ini, Fakultas Kehutanan UGM merasa prihatin atas kondisi hutan di Indonesia. Dari hari ke hari, kondisi hutan Indonesia mengalami degradasi dan penurunan potensi sangat tajam.
Jika kerusakan hutan terus dibiarkan, tentu berdampak serius pada perkonomian nasional dan mundurnya kualitas hidup. Akibat lebih fatal adalah ditutupnya penyelenggaraan pendidikan fakultas kehutanan di Indonesia.
Demikian keprihatinan yang disampaikan Prof Dr Ir Moh Nai’em, berkaitan penyelenggaraan Dies Natalis ke 43 Fakultas Kehutanan UGM, 22 – 23 Desember 2006, bertema tilik padepokan “Revitalisasi Peran Rimbawan Untuk Menyelamatkan Sumberdaya Hutanâ€.
“Dikhawatirkan sebagai penghasil 200 lulusan tiap tahunnya, Fakultas Kehutanan UGM akan tutup. Demikian juga perguruan tinggi lain pemilik fakultas kehutanan, karena kondisi hutan tidak mampu lagi menyerap tenaga kerja lulusan yang dihasilkannya,†ujar Moh Nai’em, di Auditorium Fakultas Kehutanan UGM , Jum’at, (22/12).
Kata Pak Nai’em, produktivitas hutan tropis cenderung mengalami penurunan sampai pada level, dimana hutan tidak dapat lagi dikelola secara menguntungkan. Data hingga tahun 2003 menunjukkan, produktivitas hutan alam Indonesia hanya berkisar antara 1,1 – 1,4 m3/ha/tahun.
Sementara itu, riap atau pertumbuhan produksi sangat kecil, sehingga target produksi kayu hanya akan dapat dipenuhi bila jumlah tebangan sangat luas. Namun, akibat lebih buruk tentu pada lingkungan, hilangnya Materi Genetik dan Zat Bioaktif.
“Selain itu, terjadi penurunan keanekaragaman hayati dan hilangnya kepercayaan dunia terhadap pengelolaan hutan di Indonesia,” tambah Dekan Fakultas Kehutanan UGM.
Terhadap kondisi tersebut, menurut Moh Nai’em, harus ada upaya untuk meningkatkan produktivitas hutan dan mampu menemukan dan membangun hutan tanaman. Tidak hanya untuk produktivitas yang tinggi, namun juga memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
Upaya membangun hutan, sesungguhnya telah dilakukan Fakultas Kehutanan UGM, melalui program Silin (Silvikultur Intensif). Yaitu, kegiatan memadukan unsur pemuliaan pohon, manipulasi lingkungan dan pengelolaan hama secara terpadu, pada kegiatan-kegiatan pembangunan hutan. Disamping di TPTJ (Tebang Pilih Tanam Jalur), Silin dapat diterapkan pula pada hutan rakyat. Hal ini, agar kualitas dan kuantitas hutan rakyat menjadi lebih baik dan menjadikan kehidupan rakyat lebih sejahtera.
“Dengan Silin diyakini akan mampu mewujudkan hutan Indonesia yang bernilai ekonomi tinggi, sehat dan lestari,†tandas Moh Nai’em.
Disamping, melaksanakan diskusi bertema “Pengembangan Profesionalisme Rimbawanâ€, Dies ke-43 Fakultas Kehutanan UGM dimeriahkan pula dengan acara temu alumni, Business Club, Talk Show “Peningkatan Peran Rimbawan Untuk Menyelamatkan Hutan dan Rapat Senat Terbuka dengan pidato Dies yang disampaikan Prof Dr Ir Sumardi dengan judul “Ilmu Dalam Pendekatan Pengelolaan Sumberdaya Hutanâ€. (Humas UGM).