Epidemiolog UGM, Bayu Satria Wiratama, S.Ked., MPH., mengatakan klaster keluarga terjadi saat ada anggota keluarga terinfeksi Covid-19 dari luar rumah dan menularkan ke anggota keluarga lainnya. Peningkatan klaster keluarga salah satunya disebabkan tidak adanya pembatasan mobilitas penduduk. Selain itu, orang-orang banyak melakukan mobilitas baik di dalam atau ke luar daerah sehingga meningkatkan risiko orang untuk terpapar Covid-19.
“Jumlah OTG juga semakin banyak dan tidak diketahui jumlahnya. Lalu, mereka yang melakukan mobilitas tidak melakukan isolasi mandiri 14 hari selain jika diwajibkan,” jelasnya saat dihubungi Kamis (10/9).
Bayu menyebutkan saat ini masih banyak masyarakat yang belum secara disiplin melaksanakan protokol kesehatan seperti memakai masker, jaga jarak, durasi, dan menjaga kebersihan. Kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya pembatasan kegiatan di tingkat RT/RW.
Lebih lanjut Bayu menyampaikan aktivitas warga yang tidak dibatasi menjadikan klaster keluarga semakin masif. Misalnya, kegiatan berkumpul warga seperti arisan, mengunjungi rumah tetangga, rapat warga dan lainnya.
Selain itu, membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan perumahan tanpa pengawasan dan kurang memperhatikan protokol kesehatan. Kemudian, melakukan liburan atau jalan-jalan di keramaian berpotensi membawa virus ketika kembali ke rumah.
“Ketika beraktivitas tidak memperhatikan protokol kesehatan akan meningkatkan risiko penyebaran Covid-19. Sebaliknya, kalau warga rajin soal masker, jaga jarak, cuci tangan bisa menurunkan risiko terpapar dan menularkan Covid-19,”urainya.
Oleh sebab itu, Bayu kembali menekankan pentingnya melaksanakan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu diharapkan akan memutus mata rantai penyebaran virus corona penyebab Covid-19.
“Terapkan protokol kesehatan dengan disiplin, dimanapun dan dengan siapapun,”tandasnya.
Penulis: Ika