• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Kabar Fakultas
  • Pakar UGM Jelaskan Penyebab Masyarakat Melanggar Protokol Kesehatan Covid-19

Pakar UGM Jelaskan Penyebab Masyarakat Melanggar Protokol Kesehatan Covid-19

  • 14 September 2020, 11:32 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 25095
Pakar UGM Jelaskan Penyebab Masyarakat Melanggar Protokol Kesehatan Covid-19

Di beberapa daerah kini banyak ditearpkan sanksi sosial bagi warga yang melanggar disiplin protokol kesehatan. Bentuk sanksinya pun beragam dari hal yang ringan hingga berujung denda pun diberlakukan. Namun, tidak jarang juga beberapa daerah sengaja memajang peti mati di pinggir jalan untuk mengingatkan banyak orang tentang dampak dari bahayanya penularan Covid-19.

Munculnya beragam sanksi sosial untuk penegakan protokol kesehatan ini menurut dosen psikologi UGM, Diana Setiyawati, Ph.D., menunjukkan bahwa mengubah perilaku masyarakat sangatlah tidak mudah. Menurutnya, setiap orang akan mengubah perilakunya jika sesuai dengan persepsi yang diyakininya. ”Segala stresor (penyebab stres) itu kebanyakan netral, yang membuat kita tertekan atau tidak itu adalah persepsi kita sendiri. Jadi, tinggal di rumah bagi orang tertentu bisa menekan, bagi orang lain bisa netral,” kata Diana kepada wartawan, Senin (14/9).

Ia mencontohkan soal persepsi bahwa seseorang yang merasa dirinya rentan dan berisiko tertular, namun ada yang merasa bahwa penyakit ini ringan dan tidak begitu serius bila terkena. “Ini tergantung persepsi akan keseriusan penyakit ini. Misal ada yang menganggap covid ini dianggap tidak serius, tidak parah kalau terkena. Jika ada yang menganggap serius maka mereka akan menimbang protokol kesehatan,” katanya.

Menurutnya, edukasi sangat diperlukan untuk mengubah persepsi warga masyarakat untuk bisa mematuhi protokol kesehatan. Meyakinkan bahwa menggunakan masker dan selalu cuci tangan untuk melindungi mereka dari paparan dan berisiko tertular sangatlah penting. “Kita harus meyakinkan diri kita bahwa apa iya pake masker dan cuci tangan bisa membuat saya terlindungi? Kalau sudah takdir bagaimana? Lalu soal persepsi beratnya mematuhi protokol kesehatan, misal pake masker pengap, cuci tangan bikin kulit kering,” katanya.

Soal munculnya beragam sanksi sosial tidur di peti mati atau membangun peti mati di area publik menurutnya sebagai bentuk edukasi ekstrem karena sulitnya mengubah perilaku untuk mengajak warga mengikuti protokol kesehatan. Namun demikian, menurutnya sanksi harus memiliki efek jera tetapi juga harus diimbangi dengan fasilitas yang mendukung. “Yang namanya sanksi memang seharusnya memiliki efek jera, namun sanksi memang harus diimbangi dengan fasilitas,” katanya.

Soal masih banyaknya warga yang melanggar protokol kesehatan ketika beraktivitas di luar rumah menurutnya sebagai bentuk kondisi keputusasaan terhadap kondisi karena dampak yang ditimbulkan yang begitu besar bagi kehidupan mereka. “Bisa juga karena putus asa dengan kondisi, memang yang harus kita perhatikan adalah memastikan agar semua orang terpenuhi kebutuhan dasarnya,” paparnya.

Sebagai peneliti kesehatan mental masyarakat, Diana mengusulkan agar pemerintah harus bikin kebijakan yang bijaksana dan kompak untuk  memikirkan segala aspek kehidupan warga selama masa pandemi berlangsung.

Penulis : Gusti Grehenson

Berita Terkait

  • Pakar UGM: Meski Sudah Ada Vaksin Masyarakat Harus Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

    Monday,19 October 2020 - 15:14
  • Guru Besar UGM Jelaskan Mendagri Tak Bisa Pecat Kepala Daerah

    Tuesday,24 November 2020 - 11:25
  • Pakar UGM: Jenazah Covid-19 Tidak Harus Dibakar

    Saturday,25 July 2020 - 1:51
  • Epidemiolog UGM Sebut Kegiatan Berkumpul Warga Picu Penyebaran Klaster Keluarga

    Thursday,10 September 2020 - 11:33
  • Pakar UGM Jelaskan Efektivitas Rapid Test

    Saturday,04 July 2020 - 15:39

Rilis Berita

  • Pakar UGM: Kemiskinan Seringkali Jadi Ajang Komoditas 31 January 2023
    Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa berdasarkan hasil
    Gusti
  • Pengamat UGM: Jangan Melihat Masyarakat Desa seperti 30-50 Tahun yang Lalu 31 January 2023
    Menuju pemilihan umum 2024, berbagai kampanye politik gencar dilakukan sejak tahun lalu
    Satria
  • FKKMK dan ANU Indonesia Project Meluncurkan Buku In Sickness and in Health: Diagnosing Indonesia 31 January 2023
    Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) da
    Agung
  • UGM Ajak Perguruan Tinggi Daerah Berkolaborasi Dukung Pembangunan Smart City di IKN 31 January 2023
    Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas G
    Gloria
  • Fenomena Perpajakan di Indonesia: Sentimen terhadap Pajak Positif tapi Kepatuhan Membayar Pajak Rendah 30 January 2023
    Mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi UGM, Ika Rahma Susilawati, menulis disertasi berjudul &ld
    Gloria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual