Epidemiolog UGM, dr. Citra Indriani, MPH., mengingatkan adanya kemungkinan munculnya klaster pengungsian akibat bencana alam di tengah pandemi Covid-19.
“Potensi terjadi klaster Covid-19 di tengah pengungsian cukup besar,” katanya saat dihubungi Rabu (16/9).
Dia menyebutkan tingginya potensi lahirnya klaster pengungsian dikarenakan potensi orang berkumpul dari berbagai area cukup besar. Selain itu, untuk menerapkan protokol jaga jarak juga tidak memungkinkan karena jumlah orang terdampak dengan luas area pengungsian tidak sebanding.
Perilaku mengabaikan protokol kesehatan di saat banjir, lanjutnya, kemungkinan besar dapat terjadi pada para pengungsi. Hal tersebut dikarenakan para pengungsi lebih fokus untuk menyelamatkan diri dari bencana.
Seperti diketahui, banjir melanda sejumlah wilayah tanah air. Demikian pula potensi bencana gunung api di beberapa daerah juga masih mengintai.
Saat disinggung tentang kemungkinan penularan virus corona melalui banjir, dosen FKKMK UGM ini mengatakan bahwa hingga kini belum ada laporan penularan melalui air. Dia menyebutkan bahwa penularan utama Covid-19 melalui droplet atau percikan bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi Covid-19 yang berada pada periode infeksius. Sementara, penularan tidak langsung terjadi ketika kontak dengan permukaan benda yang terkontaminasi virus corona.
Lantas bagaimana upaya mengantisipasi agar tidak muncul klaster pengungsian? Citra menegaskan perlunya pemetaan area rawan bencana. Lalu, untuk upaya mitigasi ditambah dengan mitigasi untuk mencegah terjadinya klaster Covid-19 di barak pengungsian.
“Kenapa bisa terjadi karena saat ini transmisi Covid-19 masih terjadi bahkan menjadi transmisi menetap di masyarakat. Kondisi yang tidak memungkinkan untuk menjaga jarak, mencuci tangan, menggunakan masker akan mendorong terjadinya penularan,” paparnya.
Penulis: Ika
Foto: Tempo.co/AP Photo/Binsar Bakkara
Foto: Tempo.co/AP Photo/Binsar Bakkara