Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN.Eng, diundang menjadi salah satu panelis dalam seminar daring bertajuk “AKEPT Global Series: University Presidents Forum in collaboration with UKM. “Values-Based Leadership in ASEAN Higher Education” pada Senin (14/9). Webinar ini diselenggaraan oleh Higher Education Leadership Academy (AKEPT), Ministry of Higher Education Malaysia dan Universiti Kebangsaan Malaysia. Selain Rektor UGM, acara ini juga mengundang beberapa pimpinan perguruan tinggi di wilayah ASEAN seperti University of Brunei Darussalam (UBD), National University of Singapore (NUS) dan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).
Seminar ini diselenggarakan untuk membahas budaya kinerja tinggi dalam institusi pendidikan tinggi melalui kepemimpinan berbasis nilai. Hal itu seperti menciptakan budaya korporat untuk universitas, berhubungan dengan berbagai pemangku kepentingan, manajemen perubahan dan bagaimana menangani krisis.
Seiring dengan perekonomian global yang mengalami masa-masa dan tantangan yang tidak menentu seperti saat ini, perguruan tinggi diharapkan untuk mampu menjajaki berbagai cara untuk menghadapi perubahan tersebut. Dalam menghadapi hambatan-hambatan tersebut, terdapat kebutuhan yang kuat akan kepemimpinan berbasis nilai dalam menentukan arah dan visi yang jelas dalam menghadapi garis depan baru. Oleh karenanya, diperlukan transformasi universitas untuk mampu menjelaskan kepada para pemangku kepentingan dan seluruh sivitas untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut.
Webinar ini dihadiri oleh hampir 266 peserta pada platform Zoom dan diikuti oleh lebih dari 6.000 penonton melalui siaran langsung YouTube dan Facebook. Acara berlansung selama dua jam dan para panelis secara bergantian menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh moderator.
Menjawab pertanyaan pertama mengenai nilai-nilai universitas, Prof Panut menyampaikan bahwa UGM memiliki 2 nilai filosofis dan 5 jati diri. Dua nilai filosofis tersebut adalah: (1) Pancasila dan Kebudayaan Indonesia (2) Ilmu, Kenyataan, dan Kebenaran. Sedangkan 5 jati diri UGM adalah sebagai (1) Universitas Nasional, (2) Universitas Perjuangan, (3) Universitas Pancasila, (4) Universitas Kerakyatan, dan (5) Universitas Pusat Kebudayaan.
“Nilai-nilai inilah yang harus selalu dijunjung dalam setiap kegiatan sivitas UGM baik dalam menyelenggarakan pendidikan, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. Dengan menguatkan nilai-nilai dan identitas UGM serta fokus mengabdi dan melayani menjadikan UGM unggul dan inovatif,” ujarnya.
Dalam webinar tersebut, para panelis memiliki pandangan serupa terkait pentingnya penguatan kerja sama di dalam lingkup ASEAN. Panut juga menegaskan pentingnya kita bergandengan tangan di ASEAN dan ini diamini oleh Vice-Chancellor NUS, Prof. Tan Eng Chye, dan Vice-Chancellor UBD, Datin Dr. Anita Binurul Zahrina, yang mendorong mahasiswanya untuk melakukan mobilitas di dalam ASEAN.
Untuk mencapai indikator kinerja perguruan tinggi, pembiayaan sering kali menjadi kendala tersendiri. Oleh karena itu, universitas tidak lagi harus berperilaku hanya sebagai cost center yang berperan menghabiskan uang untuk mencapai tujuan tetapi sebagai unit yang harus produktif menghasilkan uang. Hal ini ditegaskan oleh Vice-Chancellor UKM, Prof. Dato’ Mohd Hamdi Abd Sukor, yang menegaskan bahwa leadership di perguruan tinggi harus mempertimbangkan aspek ini.
Webinar ini mendiskusikan banyak informasi yang menarik sekaligus merupakan pengakuan kepada institui pembiaranya. Melalui forum semacam ini UGM mengukuhkan peran dan posisi dan perannya di kawasan ASEAN.
Penulis: Hakam