Guru Besar Statistika UGM, Prof. Dr. rer.nat. Dedi Rosadi, S.Si., MSc., kembali menyampaikan prediksi tren terbaru kasus terkonfirmasi Covid-19, baik untuk prediksi tren jangka pendek maupun tren jangka panjang.
“Akhir pandemi sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam mengendalilkan laju penyebaran penyakit Covid-19 ini,”tuturnya, Kamis (24/9).
Menurutnya, berdasarkan tracking data terakhir dan menggunakan berbagai pendekatan pemodelan data-driven (berbasis pergerakan data), terdapat kenaikan nilai proyeksi kasus positif di akhir pandemi yang cukup signifikan dibanding rilis terakhir di akhir Juli 2020 yang lalu. Prediksi paling optimis diperoleh dengan menggunakan model hybrid kompartemen SIR-Regresi-runtun-waktu diperkirakan pandemi akan berakhir di pertengahan Februari 2021 dengan total kasus positif minimal 322 ribu penderita.
Sementara secara terpisah diperoleh dengan model Probabilistic Data Driven Model (PDDM) Covid-19 Indonesia yang disusun oleh Dedi Rosadi bersama Alumni FMIPA UGM, Drs. Joko Kristadi, MSi. dan Dr. Fidelis Diponegoro, S.Si., MM., diperoleh pandemi akan berpuncak di pertengahan November sampai awal Desember dan berakhir di akhir Mei 2021 dengan estimasi total kasus positif sekitar 700 ribu penderita.
Sedangkan dengan tim lainnya, Dedi Rosadi melakukan kajian dengan pendekatan model kurva Richard dan kurva pertumbuhan logistik, yang menunjukkan proyeksi akhir pandemi berada di antara April 2021 sampai dengan awal 2022 dengan range prediksi total penderita yang sangat mirip dengan hasil model SIR-Regresi dan PDDM di atas.
Lebih lanjut, dari pantauan kurva insidensi harian penderita terlihat bahwa penambahan jumlah pasien harian belum mencapai puncaknya sampai sekarang. Sedangkan angka penularan sat ini (Rt) masih diatas 1 yakni bernilai 1.07 pada tanggal 23 September 2020. Namun demikian, dengan model SIR-Regresi-runtun-waktu dapat disimpulkan terjadi sedikit peningkatan laju infeksi penyebaran penyakit yang dibarengi dengan peningkatan yang cukup tinggi terhadap laju kesembuhan pasien.
Berdasarkan prediksi tersebut Dedi Rosadi menyampaikan sejumlah catatan penting yang patut menjadi perhatian bersama pada saat ini. Pertama, perlunya dilakukan pengendalian penyebaran Covid-19 secara optimal dengan menggencarkan 3T yakni tracing, testing, dan treatment di episentrum utama Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sulawesi Selatan. Demikian pula di provinsi lain perlu juga dilakukan pengendalian penyebaran secara lebih optimal dengan lebih menggencarkan gerakan 3T.
“Secara nasional dalam jangka waktu dekat juga penting untuk dipantau secara seksama kemungkinan kemunculan klaster PILKADA yang muncul karena mobilitas penduduk mendukung proses kegiatan ini baik sebelum hari H maupun pada hari H kegiatan PILKADA,” paparnya.
Selanjutnya, perlunya meningkatkan kewaspadaan adanya penularan lokal di beberapa wilayah provinsi atau kabupaten yang menjadi episentrum penyebaran Covid-19. Hal itu penting dilakukan mengingat angka perhitungan Rt (angka reproduksi/angka penularan) Covid-19 Indonesia dalam beberapa hari terakhir masih disekitar 1.07.
Dedi mengatakan penurunan laju penularan dapat dilakukan secara optimal dengan berbagai upaya. Utamanya dengan pendisiplinan masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan khususnya penggunaan masker dan menjaga jarak, pengaturan mobilitas penduduk secara lebih berhati hati dan pemberian vaksin massal. Di sisi lain, penemuan teknologi obat akan meningkatkan laju kesembuhan, sehingga secara bersama sama upaya-upaya tersebut akan dapat mengakhiri pandemi Covid 19 secara lebih cepat.
Penulis: Ika