Banyak sektor terdampak akibat pandemi Covid-19. Dampak signifikan dirasakan sektor pariwisata, termasuk pariwisata di Kabupaten Sleman. Akibat pandemi ini tentunya berpengaruh terhadap penurunan devisa negara, pendapatan masyarakat yang berkurang, beberapa lapangan pekerjaan seperti transportasi dan jasa konstruksi. Semua mengalami kelesuan dan pendapatan pemerintah daerah dari sektor wisata tentu juga mengalami penurunan.
“Fakta ini diperkuat dengan situasi dan kondisi mati surinya sekitar 170 daya tarik wisata di Kabupaten Sleman selama masa tanggap darurat, karena tidak lagi menerima kunjungan wisatawan termasuk desa-desa wisata di Sleman,” ujar Nyoman Rai Savitri, S.Psi. M.Ec.Dev, Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Usaha Pariwisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Sabtu (26/9) dalam acara Sosialisasi Penerapan Protokol Kesehatan di Desa Wisata.
Kegiatan Sosialisasi Penerapan Protokol Kesehatan di Desa Wisata dilaksanakan Pusat Studi Pariwisata UGM dalam rangka Program Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Implementasi Education for Sustainable Development di Dusun Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman.
Nyoman menjelaskan dampak sangat terasa utamanya pada penurunan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata. Penurunan pendapatan asli daerah dari pariwisata ini secara tidak langsung berpengaruh pada penurunan pendapatan masyarakat.
Meski begitu, sebutnya, pemerintah kabupaten dan Pemda DIY tidak tinggal diam. Bersama para akademisi dan pengelola destinasi, pemerintah menyusun panduan penerapan protokol kesehatan terkait dengan adaptasi kebiasaan baru (AKB).
Salah satu upaya serius Pemerintah Kabupaten Sleman dengan menerbitkan Perbup No 37.1/2020 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019. Diperkirakan keberhasilan menekan penyebaran virus corona setidaknya dapat dilakukan dengan menegakkan disiplin dan menerapkan 3M.
“Kita berharap masyarakat disiplin dalam menerapkan 3M, yaitu mencuci tangan memakai sabun dengan air yang mengalir, menjaga jarak, dan selalu memakai masker, khususnya pada saat keluar rumah,” ucapnya.
Nyoman menuturkan penyelenggara desa wisata yaitu Dinas Pariwisata juga sudah menerbitkan SOP/Protokol Kesehatan di Desa-Desa Wisata. Dalam panduan tersebut disinggung terkait aspek sarana-prasarana, pelayanan, penyajian kuliner, pemandu wisata, dan homestay. Panduan penerapan protokol kesehatan di destinasi pariwisata ini setidaknya dapat dijadikan standar acuan dalam penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB) bagi pengelola dan masyarakat di seluruh desa wisata di Kabupaten Sleman, khususnya Dusun Ketingan.
Program pendidikan lingkungan yang dilakukan Puspar UGM ini merupakan salah satu dari agenda pengabdian berbasis implementasi Education For Sustainable Development dengan ketua Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A.M.Phil. Program ini juga mendapat dukungan dari drh. Subeno M.Sc.dan Dr. Destha T. Raharjana S.Sos.M.Si yang dalam kesempatan ini mengangkat topik Covid-19 dan Upaya Menata Ulang Ekowisata Dusun Ketingan.
“Hasil dari program ESD ini diantaranya menghasilkan content story telling ekowisata burung kuntul Ketingan, serta meningkatkan kesiapan pengelola ekowisata ketingan terkait protokol kesehatan,” imbuh Destha.
Penulis : Agung Nugroho