Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Agnes Murdiati, M.S., mengungkapkan bahwa tanaman koro pedang putih atau yang dikenal sebagai kacang parang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber protein alternatif.
Di samping memiliki nilai gizi yang tinggi, tanaman ini juga memiliki sejumlah pasar yang menjanjikan, antara lain permintaan dari Korea, Jepang, dan Amerika Serikat.
“Koro pedang putih dapat digunakan untuk mensubtitusi kedelai karena kandungan proteinnya yang tidak berbeda jauh dengan kedelai,” ungkap Agnes dalam Bincang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada 2020 yang berlangsung Selasa (6/10).
Ia menerangkan, tanaman ini mudah dibudidayakan, dan dapat tumbuh pada segala jenis tanah, termasuk tanah marjinal dan tanah masam. Di Indonesia sendiri, tanaman ini tumbuh merata dari Sabang sampai Kepulauan Maluku, dan sudah dibudidayakan di beberapa daerah seperti Lampung, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Secara tradisional, tanaman koro pedang digunakan untuk pupuk hijau, dan polong muda digunakan untuk sayur. Beberapa daerah pun sudah menggunakan koro pedang putih sebagai bahan baku tempe, susu, tepung pengganti terigu, dan bungkil sebagai pengganti bungkil kedelai untuk pakan.
“Para petani kacang koro pedang yang terhimpun dalam Komunitas Damar Sindoro-Sumbing, di Temanggung, Jawa Tengah mampu menghasilkan 4–8 ton koro pedang setiap panen dan menilai prospek budi daya koro pedang cukup bagus,” imbuhnya.
Uji biologis menunjukkan bahwa pemberian serat koro pedang putih dapat menurunkan nilai Atherogenic Index of Plasma (AIP). Pemberian diet serat koro pedang putih dapat menurunkan risiko terjadinya atherosklerosis yang ditandai dengan rendahnya nilai AIP.
Sejumlah penelitian terhadap potensi tanaman ini pun telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, termasuk di FTP UGM, yang menghasilkan produk-produk seperti tempe dan sari koro pedang putih.
Karenanya, Agnes menyebut koro pedang putih mempunyai prospek yang sangat bagus untuk mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan.
“Tanaman ini dapat diolah menjadi berbagai macam produk turunan dengan memberikan karakteristik sifat produk yang khas. Selain pemanfaatan biji koro pedang putih, limbah kulit koro pedang putih dapat dimanfaatkan sebagai sumber selulosa,” paparnya.
Bincang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat diselenggarakan secara daring sebagai bagian dari rangkaian Dies Natalis UGM ke-71. Di samping Agnes Murdiati, acara ini juga menghadirkan Guru Besar FTP UGM, Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum, M.Sv., serta Plt. Dekan Sekolah Vokasi UGM, Dr. Ing. Ir. Agus Maryono.
Dalam kesempatan ini, Mochammad Maksum memberikan paparan terkait kedaulatan pangan untuk mencapai sustainable development goals, sementara Agus Maryono memberi paparan terkait memanen air hujan sebagai pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Penulis: Gloria