Dusun Ketingan yang terletak di Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman merupakan dusun ekowisata. Dusun ini menjadi habitat Burung Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis) sejak 1997. Ribuan jenis satwa ini tinggal berkembang biak selama musim penghujan.
Hingga saat ini Dusun Ketingan dikenal sebagai dusun konservasi. Jenis burung ini hanya datang di musim penghujan bersamaan dengan masa bredding.
“Meskipun berada di pemukiman penduduk, burung Kuntul tersebut tidak merasa terusik oleh aktivitas warga dan pengunjung yang bermaksud melihat perilaku mereka,” ujar drh. Subeno, M.Sc, Sabtu (30/10) saat berlangsung kegiatan pemutaran soft video story telling di Ketingan, Tirtoadi, Mlati Sleman.
Menurut Subeno desa-desa wisata dengan sumber daya di dalamya berpotensi untuk dikemas menjadi daya tarik wisata. Atraksi yang dapat disajikan bagi wisatawan bisa berupa objek yang memiliki daya tarik untuk dilihat dan dinikmati.
“Keunikan sebuah daya tarik semacam ini tentu lebih lengkap dan akan menjadi semakin menarik jika diperkuat dengan story telling,” ucapnya.
Story Telling di Desa Wisata Ketingan ini merupakan kegiatan hibah Education for Sustainable Development yang menjadi program Pusat Studi Pariwisata UGM tahun 2020 yang diketuai Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A.M.Phil. Dalam kesempatan ini, hadir pula pembicara dari Puspar UGM yang lain yaitu Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos. M.Si.
Subeno menambahkan video berdurasi sekitar 14 menit ini menampilkan sejarah kedatangan Burung Kuntul di Ketingan. Selain itu, juga menampilkan aktifitas harian dan pergerakan burung Kuntul.
Dari dialog dalam video terungkap bahwa informasi yang disajikan dinilai mampu memberikan informasi tentang kehidupan burung Kuntul di Dusun Ketingan. Meski begitu, ada detail lainnya yang dapat dipertimbangkan dan perlu ditambahkan dalam video ini.
Seperti menambahkan foto-foto pada saat kunjungan Gubernur DIY di kala meresmikan jalan dusun. Juga detail yang memperlihatkan interaksi antara burung Kuntul dengan masyarakat.
“Kedekatan warga dusun dengan burung Kuntul dipandang penting untuk diangkat dan ditampilkan. Gambaran itu dipandang dapat memberikan bukti bahwa masyarakat Ketingan mampu hidup berdampingan dengan satwa migran ini sejak 1997. Beberapa catatan menjadi perhatian tim produksi untuk diupayakan pengembangan video lebih lanjut,” imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto :TempatWisataUnik.com