• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Mengembangkan Wisata di Surakarta Berbasis Kearifan Lokal

Mengembangkan Wisata di Surakarta Berbasis Kearifan Lokal

  • 04 November 2020, 12:13 WIB
  • Oleh: Agung
  • 6972
  • PDF Version
Mengembangkan Wisata di Surakarta Berbasis Kearifan Lokal

Ada beberapa faktor menarik ketika mengkaji Kota Surakarta sebagai Heritage Tourism. Selain sebagai deklarator dan anggota jaringan Kota Pusaka Indonesia (KJPI) sejak 2008 dan anggota Organization of World Heritage Cities, Kota Surakarta memiliki 2 keraton, yaitu Keraton Kasunanan (1745) dan Pura Mangkunegaran (1757). Juga ada benteng Belanda yaitu Vastenburg sejak 1745.

Kemudian di kota Solo (Surakarta) terdapat dua kawasan cagar budaya berupa permukiman, yaitu permukiman Baluwarti dan permukiman Laweyan. Di luar itu, masih ada satu permukiman, yaitu permukiman Kauman, tetapi kawasan ini belum ditetapkan sebagai cagar budaya dan sudah mulai kehilangan keasliannya.

“Karena itu saya lebih memilih kawasan permukiman Baluwarti dan permukiman Laweyan untuk menjadi kajian dalam penelitian”, ujar Dr. RR. Erna Sadiarti Budiningtyas, dosen dan Peneliti Pariwisata ABA St.Pignatelli, Surakarta, saat memaparkan hasil penelitian disertasinya dalam Seminar Nasional Kepariwisataan Seri #1 yang digelar oleh Prodi Kajian Pariwisata, Sekolah Pascasarjana UGM, secara daring Selasa malam (3/11).

Selain menyoroti citra Laweyan sebagai heritage tourism yang semakin merosot, dalam penelitian Erna  juga menemukan fakta lain di kampung heritage Baluwarti. Disebutnya, Laweyan sebagai kondisi kopen ora kajen, dan kawasan Baluwarti sebagai kajen ora kopen.

Kopen ora kajen (terawat tapi tidak dihargai), menurut Erna, penggambaran kondisi Kampung Batik Laweyan. Kondisi kampung yang masuk dalam heritage tourism ini begitu memprihatinkan, dan masuk dalam kategori unsustainable tourism.

Erna mengungkap semakin banyak daya tarik warisan budaya yang hilang. Karena persaingan dagang maka rumah-rumah juragan batik di Laweyan banyak berpindah tangan.

Selain itu, karena urusan warisan maka rumah-rumah itupun terpotong-potong tidak utuh. Para pedagang batik yang kecil-kecil hingga pinggiran juga kehilangan pasar karena kalah dalam persaingan.

“Yang bertahan adalah usaha batik besar-besar. Demi melayani tamu, mereka pun kemudian membuka rumah, dan tidak sedikit dari tamu masuk rumah melihat-lihat batik. Ini karena persaingan sehingga rumah-rumah pun seperti di jag-jag (ora kopen/ tidak dihargai) lagi," katanya.

Bagi  Prof. Dr. M. Baiquni, M.A mengembangkan pariwisata Surakarta berbasis kearifan lokal sebaiknya dengan konsep merasakan dan mengalami sehingga wisatawan bisa tinggal berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Wisatawan tidak hanya melihat orang membatik tapi sekaligus belajar membatik, dan belajar pula klenengan, tarian, atau musik kampung lainnya seperti hadrah.

Menurutnya, pariwisata harus dikembangkan dengan mengembalikan kultur, kearifan lokal dan perawatan lingkungan, sebab dengan pengembangan pariwisata seperti itu berarti juga pemulihan kondisi lingkungan hidup. Untuk menghidupkan kampung-kampung heritage, perlu dilakukan dengan mengembalikan ekologi dan ekosistemnya.

“Ada tiga hal yang bisa dikembangkan sebagai ikon pariwisata Solo berbasis kearifan lokal, yaitu kuliner, batik dan sejarah. Kuliner ada nasi liwet, selat Solo, cabuk rambak dan sebagainya. Batik ada kampung batik Kauman, Baluwarti, Laweyan," katanya.

Selain itu, katanya, ada juga Museum Sangiran yang banyak menyajikan masa pre-historic. Sangiran ini adalah world heritage, dan memiliki daya tarik untuk belajar antropologi, arkeologi, geografi maupun sejarah.

“Meski berjarak 17 km dari Sala, Sangiran bisa dikembangkan dalam rangkaian pariwisata Solo. Apalagi di Sangiran juga telah ada World Class Museum," katanya.

Penulis  : Agung Nugroho
Foto  : blog.airyrooms.com

Berita Terkait

  • Penyelenggaraan Pariwisata Harus Perhatikan Kearifan Lokal

    Wednesday,10 February 2021 - 18:07
  • Mengungkap Kearifan Lokal Komunitas dalam Penanganan Bencana Gempa Bantul

    Monday,27 January 2020 - 8:42
  • Transformasi Arsitektural Kampung Wisata Surakarta

    Wednesday,01 February 2017 - 15:14
  • Antropolog UGM: Masyarakat Lokal Belum Arif dengan Alam

    Tuesday,30 October 2012 - 18:38
  • Perbaiki Citra dengan Komik Berbasis Kearifan Lokal

    Wednesday,23 June 2010 - 14:34

Rilis Berita

  • FMIPA UGM dan Pertamina Hulu Energi Buat Alat Untuk Meningkatkan Cadangan Produksi Minyak dan Gas Bumi 24 May 2022
    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM melakukan serah terima kontrak kerja sa
    Gusti
  • UGM dan Bank OCBC NISP Teken Kerja Sama Pemanfaatan Layanan Perbankan Syariah 24 May 2022
    Universitas Gadjah Mada dan PT Bank OCBC NISP Tbk. menginisiasi kerja sama pemanfaatan layanan ja
    Gloria
  • Kalla Group Sapa Mahasiswa UGM 23 May 2022
    Perusahaan nasional Kalla Group menyapa mahasiswa UGM. Dalam kegiatan bertajuk Kalla Goes to Camp
    Agung
  • Revitalisasi Sistem Ekonomi Pancasila 23 May 2022
    Indonesia memiliki budaya dan keunikan yang sangat beragam. Kekhasan keberagaman Indonesia juga t
    Satria
  • Raih Doktor Usai Kaji Callisto Eye Operasi Katarak 23 May 2022
    Mahasiswa program d
    Ika

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual