• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Peneliti UGM Kembangkan Madu Wanagama Untuk Berdayakan Masyarakat Sekitar Hutan

Peneliti UGM Kembangkan Madu Wanagama Untuk Berdayakan Masyarakat Sekitar Hutan

  • 09 November 2020, 06:02 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 4368
  • PDF Version
Peneliti UGM Kembangkan Madu Wanagama untuk Berdayakan Masyarakat Sekitar Hutan

Peneliti Fakultas Kehutanan, Dwiko Budi Permadi, Ph.D., mengembangkan madu Wanagama sebagai alternatif penghidupan warga sekitar seiring dengan membaiknya ekosistem hutan Wanagama. Sebab, arah pengembangan kehutanan ke depan adalah menghasilkan hasil hutan non kayu seperti madu yang berfungsi sebagai pangan fungsional untuk kesehatan masyarakat dan membantu penyerbukan tanaman hutan dan pertanian.

Sesuai dengan namanya, Madu Wanagama dikembangkan dari lebah yang berada di area hutan pendidikan Wanagama seluas 622.25 hektare. Madunya dikembangkan dari jenis Apis cerana, bukan Apis mellifera yang sering dibudidayakan skala industri. Apis cerana dikenal sebagai lebah lokal Indonesia, sama seperti apis dorsata dan beberapa lebah lainnya yang hidup di hutan-hutan. Sementara Apis mellifera didatangkan dari Australia dan lebih banyak dibudidayakan secara intensif oleh peternak lebah.

Menurut penuturan Dwiko, asal mula pengembangan madu dimulai pada era tahun 1980an, dimana Wanagama menjadi tempat uji coba spesies yang cepat tumbuh, salah satunya Acacia mangium untuk menghasilkan kayu pulp yang unggul. Mangium ternyata menghasilkan nektar ekstra floral dari ketiak daunnya sehingga malah cocok jadi habitat lebah Apis cerana karena lebih sering mengeluarkan nektar di luar nektar bunga, yang berbunga hanya setahun sekali. Pada saat mangium ditebang karena sudah tua dan terserang penyakit , ternyata koloni lebah banyak yang hijrah dan menurun, produksi madu juga menurun. Hal ini menyadarkan masyarakat sekitar dan pengelola Wanagama untuk tetap mempertahankan jenis-jenis penghasil nektar dan polen sebagai sumber pakan lebah. “Madu Wanagama menjaga ketat agar tidak diberi tambahan pakan selain dari nektar dan polen. Ini yang membedakan dari madu budi daya yang sering diberi tambahan pakan buatan bukan dari nektar,” paparnya, Minggu (8/11).

Pengembangan madu ini melibatkan beberapa kelompok tani lebah dengan anggota 40 petani yang berasal dari masyarakat sekitar hutan Wanagama, terutama Banaran dan Gading, Gunungkidul, Yogyakarta. Pengembangan lebah diupayakan skala rumah tangga, namun Wanagama akan berperan sebagai pengolah pasca panen agar kualitas tetap terjaga. Adapun proses pemanenan madu menggunakan cara yang unik karena cara ekstraksi madu dari sarangnya dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu di bawah 70 derajat celcius selama 20 menit. Meski cara ini menurutnya menuai pro kontra karena ada literatur yang mengatakan terjadi kerusakan nutrisi dan kimia jika dipanaskan. Tapi itu hanya berlaku untuk madu kemasan yang telah keluar dari sarangnya. Dari hasil uji kimia di lab Konversi biomaterial Fakultas Kehutanan UGM terbukti yang dipanaskan lebih baik hasilnya. “Karena hasil ini lah, proses ekstraksi madu tidak menggunakan teknologi yang umum digunakan peternak lebah budi daya,”ujarnya.

Dwiko menyebutkan produksi madu dari hutan Wanagama mencapai 680 liter atau hampir sekitar 1 ton untuk satu musim. Hasil tersebut berasal dari sekitar 17 blok yang tersebar di 6 petak Wanagama dengan jumlah kotak lebah kurang lebih 500 - 600 koloni. “Total kotak yang tersebar lebih dari 2000, namun hanya seperempat yang terisi koloni,” katanya.

Madu yang dipasarkan oleh Wanagama relatif lebih mahal dibanding yang ada di pasaran, harganya sekitar 600 - 700 ribu/liter tergantung kemasanya. Selain lebah apis cerana, Wanagama juga mengembangkan lebah tanpa sengat (stingless bee) yaitu klanceng atau Trigona sp. Program klancengisasi dilakukan di pekarangan rumah penduduk yg melibatkan ibu-ibu PKK Desa Banaran sehingga hasil pekarangan semakin menunjang pangan fungsional keluarga yg sangat penting untuk imun tubuh di masa pandemi covid-19.

“Lebah tanpa sengat tentu lebih ramah bagi perempuan. Untuk sumber nektar kami kembangkan tanaman bunga air mata pengganti yang berwarna merah dan pink dan berbunga sepanjang tahun,” katanya.

Video keunggulan madu Wanagama yang diberi judul Manisnya Madu Wanagama ini sekaligus mengantarkan Dwiko menjadi salah satu Insan UGM Berprestasi 2020 kategori Inovasi Diseminasi Pengetahuan.

Penulis : Gusti Grehenson

Berita Terkait

  • Wanagama Bagikan 660 Paket Sembako Bagi Warga Sekitar

    Wednesday,13 May 2020 - 14:33
  • Wanagama Bagikan 660 Paket Sembako Bagi Warga Sekitar

    Wednesday,13 May 2020 - 15:45
  • Hutan Wanagama, Pilihan Lokasi Outbound Alami

    Tuesday,06 October 2009 - 11:16
  • Timor Leste Ikuti Program Pelatihan Internasional Rehabilitasi Hutan

    Thursday,08 July 2010 - 14:30
  • Mahasiswa Pasca Sarjana Jerman Praktik Lapangan di Wanagama

    Monday,21 November 2011 - 6:51

Rilis Berita

  • “Baik, Nanti Kita Koordinasikan..” 27 May 2022
    Ada yang menarik
    Gusti
  • Prof Ova Emilia Dilantik Sebagai Rektor UGM 2022-2027 27 May 2022
    Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., resmi dilantik sebagai Rektor Universitas Ga
    Ika
  • Wisuda UGM Kembali Digelar Secara Luring 25 May 2022
    Untuk pertama kalinya semenjak pandemi Covid-19, upacara wisuda kembali diselengg
    Gloria
  • UGM-Pemprov DKI-Pusat Pengelolaan Kompleks Kemayoran Kerja Sama Penataan Kawasan dan Tridarma 25 May 2022
    Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Pemprov DKI Jakarta, Pusat Pengelolaan Kompleks Kemayoran melak
    Ika
  • Manajemen Logistik Terpadu Strategi Efektif Turunkan Biaya Logistik 25 May 2022
    Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah lebih dari 17.000 pulau sehingga
    Agung

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual