Yogya, KU
Peneliti dari Teknik Kimia UGM Budhijanto, PhD memenangkan Technopreuneur Award, suatu ajang yang diperuntukan bagi ilmuwan yang memiliki motivasi tinggi di bidang wirausaha. Kali ini Budhijanto dalam proposal penelitiannya berhasil mengembangkan pemanfaatan minyak kulit biji jambu mete yang dapat dipakai sebagai perekat terbarukan untuk industri kayu.
Menurut Budhijanto, selama ini ekspor jambu mete Indonesia lebih banyak dalam bentuk glondongan dibandingkan dalam bentuk kupasan. Padahal harga jual mete glondongan jauh lebih murah dibandingkan kupasan mete kupasan. Di sisi lain salah satu limbah industri pengolahan jambu mete adalah kulit biji jambu mete yang ternyata kandungan minyaknya cukup tinggi sekitar 20-30%.
“Cairan ini khan sumber fenol alami yang potensial sebagai pengganti fenol dari bahan baku minyak bumi,†kata Budhijanto kepada wartawan di Ruang Fortakgama UGM, Kamis (9/8).
Menurut dosen Jurusan teknik Kimia UGM ini, fenol adalah bahan baku perekat fenol formaldehid yang merupakan perekat yang banyak dipergunakan pada industri pengolahan kayu. Jadi, menurut Budhijanto dengan penelitian mengenai minyak kulit biji jambu mete (Cashew Nut Shell Liquid/CNSL) akan banyak memberikan banyak keuntungan, antara lain mendorong industri jambu mete di Indonesia untuk mengekspor biji mete kupasan dan bukan glondongan sehingga akan banyak memberikan financial.
“Selain itu juga akan mendorong tumbuhnya industri pengolahan kulit biji jambu mete untuk menghasilkan CNSL,†tambah Budhi.
Lebih lanjut Budhijanto mengatakan bahwa dengan penelitiannya tersebut sekaligus untuk menjawab tantangan pengolahan CNSL untuk diperoleh perekat 100% terbarukan tanpa perlu dicampur dengan fenol formaldehid. Dengan demikian kedepan tambah Budhijanto akan dilakukan modifikasi molekul CNSL sehingga strukturnya mirip fenol.
“Ini akan kami kembangkan terus khususnya ketika kami diundang melakukan penelitian lebih lanjut di Fraunhofer Institute Jerman awal Oktober mendatang,†tutup Budhijanto (Humas UGM)